Aku pulang dari kantor dalam kondisi lelah dengan perasaan yang campur aduk antar kesal dan senang. Setiap langkah terasa lambat, kaki ini menolak untuk bergerak lebih cepat. Rasa lelah ini kurasakan di seluruh tubuhku, dari kepala hingga ujung kaki. Pikiranku juga terasa kacau, dengan tumpukan pekerjaan yang belum selesai yang masih menghantui pikiranku.
Saat langit mulai gelap dan lampu-lampu jalan mulai menyala, rasanya aku seperti ingin melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan yang melelahkan. Tubuh terasa berat, otot-otot terasa kaku, dan pikiran terasa kusut setelah seharian fokus bekerja.
Aku membayangkan tiba di apartemenku, melepaskan semua beban dipikiran dan pundakku, biasanya aku memilih untuk merilekskan tubuhku dengan berendam air hangat selama berjam-jam atau hanya duduk merenung di teras dengan secangkir teh atau kopi hangat. Ini adalah waktu yang biasanya gunakan untuk memulihkan energi, mencuci semua lelah fisik dan mental, dan merayakan kenyataan bahwa pekerjaan hari ini telah selesai.
Sepertinya semua itu tidak terjadi hari ini. "Malam pak." sapa seorang satpam yang berjaga di pintu depan lobi apartemenku.
"Malam." jawabku sambil menempelkan kartu akses untuk membuka pintu.
"Permisi pak, ada surat untuk bapak." Ia menyodorkan sepucuk surat.
"Terima kasih." Kuambil surat itu sambil melirik pengirimnya.
***
"Ting." Pintu lift terbuka, aku bergegas menuju 1807, pintu apartemenku.
"Mama ... ."Â Teriak batinku ketika aku membuka surat itu bersamaan dengan terbukanya pintu 1807 itu. sebuah surat yang membuat langkah kaki terhenti di depan pintu 1807.