Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harmoni Kemanusiaan, Mengurai Duka di Tengah Keputusasaan

23 Agustus 2023   08:00 Diperbarui: 23 Agustus 2023   08:31 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak hanya uang. Saya ingin membantu kalian menemukan harapan dan saya akan mendorong kalian untuk memiliki impian yang lebih besar."

"Impian? Kami bahkan tidak tahu apa yang akan kami makan besok." balas salah seorang anak jalanan itu sepertinya ia kehilangan harapan.

"Saya bergabung dengan sebuah komunitas, namanya Harmoni Masa Depan, mungkin program dari komunitas Harmoni Masa Depan bisa membantu kalian. Program ini memberikan pelatihan keterampilan dan pendidikan kepada anak-anak jalanan." kataku.

"Apakah program itu benar-benar ada?" jawab salah satu anak jalanan itu ragu.

"Ya, saya telah sudah melihat hasil dan dampaknya di beberapa tempat. Tapi kata-kata tidak cukup, saya ingin kalian membuktikannya dengan tindakan kalian, bergabunglah."

***

Setelah berbicara dengan mereka aku memutuskan mengorganisir sebuah konser amal untuk mengumpulkan dana bagi komunitas Harmoni Masa Depan. Aku berkolaborasi dengan musisi lain, mengajak masyarakat untuk datang, dan mengumpulkan dukungan dan dana secara luas.

Setelah beberapa waktu, program yang kami buat akhirnya dimulai. Anak-anak jalanan tersebut diberikan kesempatan untuk belajar keterampilan bermusik dan mendapatkan pendidikan yang mereka butuhkan. Di tengah riuhnya kota, mereka menemukan tempat berlindung di sebuah sekolah kecil yang penuh harapan dan impian. Melodi dari instrumen musik yang mereka pelajari bukan hanya sekadar suara, melainkan seruan kebebasan dari kungkungan ketidakpastian.

Dari ketukan drum yang energik yang menggambarkan semangat mereka yang tak pernah padam, hingga melodi yang menyayat hati dari alat musik gesek yang mencerminkan perjuangan dalam hati, mereka menemukan jalan untuk mengutarakan diri dalam bahasa yang universal.

Di setiap melodi yang mereka mainkan, terdengar harmoni antara masa lalu yang penuh dengan liku dan impian-impian mereka yang merekah. Jalanan yang pernah menjadi panggung kehidupan sulit mereka, kini berpadu menjadi panggung bagi mimpi-mimpi baru yang mereka rintis. Sinar matahari siang yang menerobos di antara gedung-gedung tinggi menjadi saksi terhadap usaha dan semangat yang mereka curahkan. Dan dengan setiap nada yang mereka ciptakan, seperti jejak langkah kaki di atas trotoar, mereka membentuk jejak baru menuju perubahan dan harapan yang semakin dekat.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun