Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Penulis yang Sedang Belajar

18 Agustus 2023   22:39 Diperbarui: 18 Agustus 2023   22:47 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Eric Torres dari pexel.com

"Sebagai seorang penulis yang masih terus belajar, aku merasa seperti seorang penjelajah kata-kata yang tak pernah puas dengan batas horison. Dengan pena sebagai kompas, aku mengembara melintasi hutan pikiran, mendaki puncak ide, dan menyelam ke dalam lautan emosi. Setiap kata yang aku temukan adalah harta karun yang berkilauan, setiap kalimat adalah jejak yang membawa aku lebih dalam ke dalam makna yang tersembunyi." Sahutku.

"Terdengar sangat inspiratif. Kamu menggambarkan dirimu seolah-olah menjelajahi dunia yang tak terbatas melalui tulisanmu itu." Balas temanku mengomentari kalimatku.

"Betul sekali. Dengan pena sebagai kompas, aku mengembara melintasi hutan pikiran, mendaki puncak ide, dan menyelam ke dalam lautan emosi." Kataku, "Dari setiap kisah yang aku tulis, aku membuka pintu menuju dunia yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Aku ingin mengeksplorasi kisah-kisah yang menggetarkan hati, mengurai misteri yang tak terpecahkan, dan menghadirkan karakter-karakter yang hidup dalam imajinasiku. Melalui setiap tuts keyboard, aku menyulam benang-benang cerita yang terjalin menjadi kain narasi yang menghanyutkan." Aku menambahkan pemikiranku.

"Aku suka cara kamu memandang tulisanmu. Terdengar sepertinya kamu benar-benar menggali makna dan emosi yang dalam di setiap kata yang kamu pilih." Kata temanku memberikan penilaiannya.

"Tapi perjalanan ini tidak hanya tentang kata-kata. Ini tentang transformasi. Aku ingin menemukan perubahan dalam diriku seiring dengan setiap cerita yang aku ciptakan. Aku ingin menciptakan dunia-dunia baru yang tidak hanya memikat pembaca, tetapi juga membuka sudut pandang baru dalam diri mereka. Dengan penuh semangat, aku terus menggali pengetahuan, mengejar inspirasi, dan menjelajahi cara penulisan dengan konsep baru yang menantang." Ujarku kepada temanku.

"Aku suka cara kamu memandang tulisanmu. Terdengar seperti kamu benar-benar menggali makna dan emosi yang dalam dalam setiap kata yang kamu pilih." Temanku berusaha memberikan semangat kepadaku.

"Hal itu lah yang terus mendorongku untuk mengeksplorasi kisah-kisah yang menggetarkan hati, mengurai misteri yang tak terpecahkan, dan menghadirkan karakter-karakter yang hidup dalam imajinasiku" Kataku yang berusaha membuat temanku mengerti.

"Sepertinya kamu menciptakan dunia-dunia baru melalui kata-katamu. Bagaimana kamu bisa terus menghasilkan ide-ide segar seperti itu?" Tanya temanku.

"Melalui dedikasi dan eksplorasi dalam menulis secara terus-menerus." Balasku.

"Pasti membutuhkan banyak usaha. Tetapi sepertinya kamu juga sedang mencari transformasi dalam dirimu sendiri melalui tulisanmu?" Tanyanya.

"Betul sekali teman. Aku ingin menemukan perubahan dalam diriku seiring dengan setiap cerita yang aku ciptakan." Jawabku.

"Itu adalah cara yang luar biasa untuk berkembang. Menulis bukan hanya tentang membuat cerita, tetapi juga tentang menggali potensi dalam diri kita." Ia menimpali kalimatku.

"Aku percaya dan sangat yakin sekali bahwa melalui perjalanan ini, setiap tulisanku adalah langkah yang membawaku lebih dekat pada citra penulis yang ingin saya wujudkan." Aku membagikan mimpiku kepada temanku.

"Dan setiap langkah itu pasti membawa kamu lebih dekat pada impianmu. Menginspirasi dan memengaruhi pembaca dengan kekuatan kata-kata memang suatu hal yang hebat." Temanku menimpali lagi.

"Terima kasih teman. Sekarang aku menyadari bahwa di balik setiap draf yang belum sempurna, ada potensi yang tak terbatas untuk tumbuh dan berkembang." Kataku dengan penuh semangat.

"Kamu memiliki pandangan yang sangat optimis. Teruslah mengejar impianmu dan terus berkembang sebagai penulis yang luar biasa!" Teriak temanku.

"Akan saya lakukan. Terima kasih atas dukungannya!" Balasku.

"Tidak perlu berterima kasih. Aku yakin kamu akan mencapai banyak hal yang luar biasa melalui tulisan-tulisanmu. Selamat menulis!" Temanku memberikanku semangat.

"Tunggu... Kamu siapa?" Tanyaku kini kebingungan setelah percakapan panjang.

"Aku adalah dirimu." Balasnya.

"Aku..." menunjuk diriku yang sedang berdiri didepan cermin.

-TAMAT-

Iqbal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun