Di lereng gunung yang sangat besar, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dari pandangan dunia. Kuil ini dijaga oleh seorang biksu tua yang bijaksana, bernama Bhante Surya. Dia telah mengabdikan hidupnya untuk mencari kedamaian sejati. Dengan jubah cokelat tua yang memudar dan senyuman lembut yang selalu menghiasi wajahnya, Bhante Surya menjadi bagian integral dari keberadaan kuil ini.
Setiap pagi, seiring dengan fajar yang merayap menapaki langit di ufuk timur, Bhante Surya bangun dari tidurnya dan perlahan-lahan mulai melakukan ritualnya. Dia duduk di bawah pohon beringin yang kuat, melipat tangan dalam doa, dan membiarkan pikirannya meresapi keheningan alam. Suaranya yang lembut bergabung dengan aliran sungai di dekatnya, menciptakan harmoni alam dan roh manusia.
Penduduk desa terdekat sering datang ke kuil ini untuk berbicara dengan Bhante Surya. Mereka mencari petunjuk dari kebijaksanaannya yang mendalam, mencari nasihat untuk mengatasi cobaan hidup mereka. Bhante Surya mendengarkan dengan sabar, meresapi setiap kata yang diucapkan, dan memberikan pandangannya dengan lembut. Wajahnya yang tenang dan mata yang penuh kasih membuat siapa pun yang berbicara dengannya merasa didengar dan diterima.
Namun, kebijaksanaan Bhante Surya tidak hanya berhenti pada kata-kata. Dia juga menunjukkan contoh hidup yang sederhana dan penuh arti. Dia mengajarkan tentang kepentingan keseimbangan dalam hidup, tentang bagaimana alam dan manusia dapat hidup berdampingan dengan harmoni. Setiap tindakan sehari-harinya, dari merawat tanaman di taman kuil hingga memberi makan burung-burung di pagi hari, menjadi ajaran bagi mereka yang ingin belajar tentang kedamaian sejati.
Di kuil ini, waktu terasa melambat dan kesunyian mengisi udara. Semua orang yang datang merasa terikat dengan energi yang sangat dalam, yang diciptakan oleh kehadiran Bhante Surya dan alam sekitar. Kuil ini menjadi tempat perlindungan bagi jiwa-jiwa yang mencari ketenangan dalam dunia yang semakin bising.
Di lereng gunung yang megah, di dalam kuil yang tersembunyi, Bhante Surya mengajarkan tentang kebijaksanaan, kasih sayang, dan pentingnya terhubung dengan alam. Dia adalah pemandu spiritual bagi mereka yang mencari arti sejati dalam kehidupan dan tempat berlindung dari hiruk-pikuk dunia.
Setelah pencarian panjang, aku saat ini berada di kuil ini. Langkahku yang hati-hati menggerus tanah di pelataran kuil, aku berusaha menghormati setiap jejak yang telah ditinggalkan oleh orang-orang yang datang sebelumku. Udara yang sejuk dan harum dupa menyambut kedatanganku, memberi aku sensasi tenang yang jarang kurasakan di dunia luar.
Ketika aku memasuki kuil, aku merasa seolah-olah waktu bergerak lebih lambat. Udara terasa tenang, dan suasana begitu hening. Aku bertemu dengan Bhante Surya, seorang pria tua dengan senyuman tulus yang terukir di wajahnya. Bhante Surya, yang senantiasa duduk di bawah pohon beringin yang kokoh itu, menyambutku dengan senyuman hangat. Dia menatapku dengan mata yang penuh kedamaian, sepertinya dia telah mengetahui perjalanan panjang yang telah kujalani untuk sampai di sini. Aku merasa segala kegelisahan dan kebingungan dalam diriku menghilang saat aku berada di hadapannya.
"Selamat datang, nak," sapanya dengan suara lembut.
"Aku merasa sangat bersyukur telah menemukan tempat ini," ucapku dengan suara yang rendah namun penuh hormat.
Bhante Surya hanya tersenyum dan mengangguk, sepertinya dia mengerti lebih dari apa yang baru saja aku katakan. Kemudian ia mengajakku untuk duduk di dekatnya, di bawah bayangan daun-daun pohon yang beringsut perlahan. Suara gemercik air dari kolam kuil menjadi meditasi alamiah yang mengiringi percakapan kita.
Kemudian aku membungkukkan badan dan berkata, "Terima kasih, Bhante Surya, atas kesempatan ini."
"Perjalananmu menuju ke dalam dirimu sendiri adalah perjalanan yang penuh makna," katanya dengan suara yang tenang. "Kuil ini bukan hanya tempat fisik, tetapi juga representasi dari pencarian jiwa."
Aku mendengarkan dengan seksama saat Bhante Surya berbicara tentang pentingnya merenung dalam ketenangan, tentang menemukan kedamaian di tengah kisah hidup yang penuh tantangan. Dia berbicara tentang hubungan kita dengan alam, tentang bagaimana alam dapat menjadi guru yang sangat bijaksana dan penuh dengan hikmah jika kita bersedia merenung dan mendengarkannya.
Bhante Surya mengajakku untuk duduk di ruang meditasi. Dia mengajarkan aku tentang sembilan langkah menuju kedamaian dalam hidup. Dia menjelaskan bahwa kedamaian sejati tidak hanya datang dari luar, tetapi juga harus dibangun dari dalam.
"Langkah pertama adalah ketahuilah diri sendiri," Sahut Bhante Surya yang mengajakku untuk merenung dan memahami siapa aku sebenarnya, apa yang aku inginkan, dan apa yang membuatku bahagia. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya dengan langkah kedua "Terimalah kenyataan," Lanjut Bhante Surya yang menekankan pentingnya menerima kenyataan dengan apa adanya, tanpa perlu menghindar atau melarikan diri, "Jalani kehidupan dengan rasa syukur," adalah langkah ketiga kata Bhante Surya yang mengajakku untuk merasakan setiap momen dengan penuh penghargaan, baik yang menyenangkan maupun sulit.
"Bhante," Tanyaku, namun ia segera menutup mulutnya dengan jarinya dan menatapku tajam, aku paham maksudnya.
"Langkah keempat adalah bebaskan dari rasa sakit," Kata Bhante Surya yang mengajarkanku sebuah teknik meditasi untuk melepaskan beban emosional yang dapat mengganggu kedamaian, "Langkah kelima adalah beri dan terima Kasih," Ujar Bhante Surya ketika ia berbicara tentang pentingnya memberi tanpa mengharapkan balasan, serta menerima pemberian dengan hati yang terbuka. Langkah keenam adalah "Temukan kedamaian dalam kebersamaan," Sahut Bhante Surya, ia mengajarkan bahwa hubungan dengan orang lain dapat menjadi sumber kedamaian jika dijalani dengan cinta dan pengertian.
Bhante Surya menatapku, ia agak memperlambat ucapannya, seperti ia mengerti kalau aku belum mampu meresapi semua kalimat itu.
Lalu ia bercara tentang langkah ketujuh "Lepaskan kebencian dan amarah," Bhante Surya mengajakku untuk menghindari perasaan negatif yang hanya akan merugikan diri sendiri. Langkah kedelapan menurutnya adalah "Jadilah pemimpin dalam hidup sendiri," Dalam hal ini Bhante Surya menekankan pentingnya mengambil tanggung jawab atas hidupku sendiri dan membuat keputusan dengan bijaksana. Kemudian langkah terakhir adalah "Terbuka pada perubahan," Sahut Bhante Surya yang mengajarkanku bahwa hidup adalah perjalanan yang terus berubah, dan kita harus fleksibel dalam menghadapinya.
Setelah mendengar semua langkah itu, aku ingin meneteskan air mata, selama hidup aku selalu bertentangan dengan sembilan langkah menuju kedamaian itu. Aku belajar bahwa kedamaian sejati datang dari dalam diriku sendiri, dan aku dapat membangunnya dengan kesadaran dan usaha yang sungguh-sungguh.
Aku memutuskan untuk singgah beberapa hari di kuil ini, aku belajar banyak dari Bhante Surya. Aku belajar tentang kesederhanaan dalam tindakan sehari-hari, tentang memberi dan menerima dengan hati yang tulus. Aku belajar merenung dalam keheningan, mengamati alam yang hidup di sekitar kuil, dan menemukan refleksi diriku sendiri dalam kedamaian tersebut.
“Bhante Surya, waktunya bagiku untuk pergi. Setelah beberapa waktu tinggal di sini, aku merasa bahwa aku telah menemukan kedamaian yang aku cari.” Ujarku ketika aku sedang bermidatasi dengannya di bawah pohon beringin.
“Aku senang mendengarnya. Pergi dari sini dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Apa yang kau pelajari di sini adalah harta yang akan selalu menyertainya dalam perjalanan hidupmu.” Jawab Bhante Surya dengan tenang dan lembut.
“Saya merasa sangat beruntung telah mendapat kesempatan untuk belajar dari Anda dan merenung dalam lingkungan yang damai ini. Anda telah mengajarkan saya begitu banyak tentang keseimbangan, ketenangan, dan hubungan antara manusia dan alam.” Sahutku.
“Kamu telah menjadi bagian dari kehidupan kuil ini, dan pengalamanmu akan selalu tinggal di sini. Ingatlah bahwa kedamaian yang kamu temukan di dalam dirimu selalu dapat kamu akses, di mana pun kamu berada. Alam selalu akan menjadi gurumu jika kamu bersedia mendengarkan.” Balas Bhante Surya.
“Saya berharap bisa membawa ajaran dan ketenangan ini bersama saya. Namun, meninggalkan tempat ini juga membuat saya merasa sedih.” Keluhku kepada Bhante Surya.
“Kepergian adalah bagian dari perjalanan hidup. Saat kamu melangkah keluar dari kuil ini, ingatlah bahwa ketenangan dan kedamaian selalu ada dalam dirimu. Alam akan selalu menyambutmu dengan tangan terbuka jika kamu menginginkannya.” Bhante Surya berusaha menjernihkan pikiranku.
“Terima kasih, Bhante Surya, atas segala pengajaran, bimbingan, dan ketulusan Anda. Saya akan merindukan keheningan dan kedamaian di sini.” Aku menundukkan kepalaku di telapak kakinya.
“Rindumu akan menjadi saksi tentang keberadaan tempat ini dalam hatimu. Jangan pernah ragu untuk kembali, entah dalam bentuk fisik atau dalam bentuk meditasi hati. Ingatlah, kamu selalu diterima di sini.” Bhante Surya berusaha untuk mengangkat tubuhku sehingga sejajar dengannya yang sedang duduk bersimpuh di bawah pohon beringin itu.
“Saya sangat berharap bisa kembali lagi ke kuil ini suatu hari nanti. Sampai jumpa, Bhante Surya, dan sampai jumpa, kuil yang penuh makna ini.”
“Sampai jumpa, nak. Semoga perjalananmu dilimpahi dengan kebahagiaan, kebijaksanaan, dan kedamaian. Kuil ini akan selalu membuka pintunya untukmu, jika kamu membutuhkannya lagi.” Kalimat dari Bhante Surya yang mengiringi kepergianku.
Sebelum aku meninggalkan kuil, Bhante Surya memberikanku sebuah buku kecil yang berisi sembilan langkah menuju kedamaian. "Pergunakan ini sebagai panduanmu. Dan jangan lupa, kedamaian sejati ada di dalam dirimu sendiri," kata Bhante Surya dengan senyuman lembut.
Setelah kembali ke dunia luar, aku merasa bahwa perjalanan ini telah memberiku harta yang tak ternilai. Sembilan langkah menuju kedamaian yang diajarkan oleh Bhante Surya telah mengubah cara pandangku terhadap hidup. Dan sejak saat itu, aku memutuskan untuk mengikuti pedoman ini dalam setiap langkahku menuju kedamaian yang sejati.
-TAMAT-
Iqbal Muchtar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H