Dengan perasaan campur aduk, aku tiba di hotel ini pada pagi hari. Saat pintu masuk hotel yang megah itu terbuka, aku merasa seperti memasuki dunia baru yang penuh dengan misteri dan keajaiban. Mataku terpana oleh keindahan interior hotel yang mewah, dan hatiku dipenuhi dengan rasa bangga karena bisa menjadi bagian dari tempat yang begitu istimewa ini.
Pak Andri sebagai pengawas memberikan panduan singkat tentang tugas-tugasku dan memberikan beberapa tips berharga tentang bagaimana menyambut tamu dengan hangat dan ramah. Pak Andri berbinar-binar saat bercerita tentang momen-momen mengesankan yang dialaminya selama bekerja sebagai Bell Boy sebelum ia naik jabatan menjadi pengawas. Aku merasa semakin termotivasi untuk memberikan yang terbaik pada saatnya nanti.
Tak lama kemudian, aku mulai bertemu dengan tamu pertamaku. Sepasang kekasih yang berbahagia datang dengan senyum lebar di wajah mereka. Aku membantu mereka dengan sabuk koper mereka dan mengantar mereka ke kamarnya dengan ramah. Mereka tampak sangat senang dengan pelayananku, dan itu membuatku sangat bahagia.
Seiring berjalannya waktu, aku semakin percaya diri dengan peran baruku. Aku menghadapi berbagai situasi yang berbeda, dari tamu-tamu bisnis yang sibuk hingga keluarga-keluarga yang menginginkan petunjuk tentang tempat-tempat menarik di sekitar kota. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang berbagai orang dan budaya.
Tidak semua hari berjalan mulus. Terkadang ada tamu yang marah atau situasi darurat yang membutuhkan tanggapanku dengan cepat. Namun, aku belajar untuk tetap tenang dan menghadapinya dengan bijaksana. Aku menyadari bahwa sebagai seorang Bell Boy, tanggung jawabku bukan hanya membawa koper tamu, tetapi juga menjadi penyelamat saat dibutuhkan.
Keseharianku selalu disibukan dengan membawa koper tamu, mengantar pesan dari satu kamar ke kamar lainnya, dan memberikan informasi mengenai tempat-tempat menarik di sekitar hotel kepada para tamu. Tidak lama, aku menjadi favorit di kalangan para tamu karena keramahanku dan tanganku yang luar biasa ringan untuk membantu.
Suatu malam, saat aku sedang berada di lobby, aku melihat seorang tamu misterius yang memakai jaket hitam dan membawa koper yang sangat besar. Pria itu tampak sangat misterius, tertutup dan selalu menghindari kontak mata dengan siapa pun. Aku penasaran dan mencoba mendekati pria tersebut untuk menawarkan bantuannya.
"Selamat malam, Pak. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyaku ramah.
Pria misterius itu menatapku sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan berkata, "Saya butuh bantuan untuk membawa koper ini ke kamar 313."
Aku merasa seperti ada sesuatu yang aneh dengan situasi ini, tetapi sebagai seorang Bell Boy, tugasku adalah membantu para tamu dengan setulus hati. Aku pun bergegas mengangkat koper besar tersebut dengan susah payah dan mengantar pria misterius itu ke kamar 313.