Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Berhenti Menulis

13 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 13 Juli 2023   08:04 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk termenung memandangi layar ini sejak pagi tadi, sudah dua gelas kopi menemaniku hingga matahari lelah berpijar, sinarnya masih terlihat indah menembus jendela yang masih terbuka lebar, aku hidup di sebuah kota kecil yang sunyi, aku belum layak dipanggil seorang penulis, meskipun sejak kecil, aku selalu memiliki hasrat besar untuk menulis, aku menghabiskan hari-hariku mengeja kata-kata disetiap kalimat dari buku-buku yang berbaris dilemari milik kakekku ketika aku baru mengenal kata, menciptakan dunia-dunia baru dengan imajinasiku. Namun, belakangan ini, kegairahanku dalam menulis mulai memudar.

Aku terjebak dalam ruang hampa dan gelap, aku merasa kata-kata itu tidak lagi memiliki makna yang dalam, bagiku kata-kata itu seperti susunan kalimat saja tidak lebih. Setiap kali aku duduk di depan layar laptop, jari-jariku membeku dan pikiranku kosong. Tulisan-tulisanku yang dulu hidup dan penuh warna, kini terasa hambar dan tanpa jiwa. Aku kehilangan hasrat, dan sangat menyedihkan.

“Ben…”

“Ben…”

“Ben…”

“Bendri…”

“eh… ya…” jawabku dengan ekspresi terkejut.

“bengong aja lu… kapan ini mau dianter?” sahut bosku.

“ssseeekaarranng bang” langsung ku sambar paket-paket itu segera berlari menuju motor, untuk mengantarkan paket ke alamat rumah yang tertera. Aku bukan seorang penulis, aku seorang kurir, namun apakah salah seorang kurir ingin menulis, aku memang tidak pernah ikut lomba menulis sejak SD sampai aku lulus SMA, tapi aku sering menulis di sebuah buku yang kini sudah lapuk dimakan rayap.

“eh…, tunggu, tunggu…” bosku memanggil ketika aku bergegas mengambil barang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun