Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sabda Sebuah Cahaya

10 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 10 Juli 2023   08:04 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku seorang anak yatim piatu yang hidup bersama nenek. Setiap hari aku membantu nenek berjualan kayu bakar dipasar, Meskipun hidupku penuh dengan keterbatasan, namun aku memiliki semangat yang kuat untuk belajar aku selalu ingin mengetahui sesuatu yang belum pernah aku ketahui.

Suatu hari ketika sedang berjualan kayu bakar di pasar, aku mendengar cerita tentang seorang penyihir tua yang tinggal di puncak bukit di luar desa. Konon, penyihir tersebut memiliki kebijaksanaan yang luar biasa dan sering memberikan nasehat yang sangat berharga kepada orang-orang yang menemuinya. Aku sangat tertarik dengan cerita itu, aku ingin mendapatkan nasehat yang bermanfaat untuk kehidupanku, aku memutuskan untuk mencari penyihir itu.

Dengan penuh harapan serta gejolak semangat yang membara di dalam hati, aku berjalan melintasi hutan dan mendaki bukit yang terjal, perjalanan ini sangat melelahkan, hari suduah hampir senja, namun aku belum juga menemukan rumah itu, aku tidak akan menyerah, aku memutuskan untuk berjalan ke dalam hutan belantara itu, akhirnya aku melihat sebuah rumah di ujung hutan, aku yakin inilah rumahnya, sampailah aku di depan rumah kecil penyihir tua itu. Aku mengetuk pintu dengan hati yang berdebar-debar.

Pintu itu terbuka perlahan-lahan, di hadapanku berdiri seorang penyihir tua dengan jubah berwarna biru. Ia menatapku dengan mata yang bijak dan tersenyum lembut.

"Gadis kecil, apa yang membawamu ke sini?" tanya penyihir tua itu dengan suara yang lembut.

"Aku ingin mendapatkan pelajaran yang berharga untuk kehidupanku" jawabku dengan nada suara yang lirih dan gemetar, karena aku merasa perlu memiliki petunjuk dan kebijaksanaan untuk menjalani kehidpan hidupku.

Penyihir tua itu mengangguk dan berkata, "Baiklah, Amara. Aku akan memberikanmu nasehat, masuklah hari sudah mulai gelap" perintahnya kepadaku.

"ttaapii... bbbaaagaimana kamu tahu namaku"

"burung-burung itu mengatakannya padaku" ia tersenyum, dan menuntunku masuk kedalam rumahnya, aku mengikutinya dan duduk sebuah di kursi kayu.

"kamu harus menjalani sebuah perjalanan panjang. Kamu harus mencari lima sumber cahaya yang berbeda yang tersembunyi di sekitar desa ini. Setiap sumber cahaya akan memberikanmu wawasan dan pelajaran yang berbeda." Ia berkata dan menyodorkanku secangkir teh hangat untukku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun