Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pesan dari Alam Semesta

9 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 9 Juli 2023   08:02 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Rafael  Atantya: https://www.pexels.com/

Malam ini sangat cerah, bintang-bintang berhamburan menghiasi langit ditemani oleh bulan yang bersinar cerah, aku sudah tidur sejak sore tadi, namun entah mengapa malam ini mataku tak dapat kupejam, aku merasa seperti ada kekuatan misterius yang menarikku keluar dari kamarku. Aku mengikuti instingku dan keluar rumah, berjalan menuju hutan di belakang rumahku.

Sesampainya di hutan, aku melihat langit tiba-tiba berubah menjadi warna-warni yang indah. Aku merasa heran, di ujung sana aku melihat sebuah portal berkilauan terbuka. Tanpa ragu, aku melangkah ke dalamnya dan seketika terhisap ke dalam poral itu, aku berada dimensi yang tidak pernah aku diketahui.

Aku terbang melintasi alam semesta dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Aku melintasi galaksi-galaksi dan berlalu di samping bintang-bintang yang berpijar terang. Ketika perjalanan tersebut berakhir, Aku mendarat di sebuah planet yang begitu asing dan unik.

Di planet itu, aku bertemu dengan makhluk luar angkasa yang memiliki bentuk dan warna yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Makhluk tersebut berbicara dengan suara yang sangat indah dan berkata, "Selamat datang, Aurelia. Kami adalah penjaga pengetahuan dari Alam Semesta. Kami telah membawa kamu ke sini untuk memberikanmu pesan yang harus kamu ingat"

Aurelia dengan rasa ingin tahu bertanya, "Apa pesan yang kalian miliki untukku?"

Makhluk luar angkasa itu menjawab dengan bijaksana, "pesan pertama adalah jangan pernah membatasi dirimu dengan batasan-batasan yang diberikan oleh orang lain atau oleh pikiranmu sendiri. Pikirkanlah bahwa segala sesuatu dapat terjadi jika kau memiliki imajinasi dan keyakinan yang kuat. Jelajahi potensimu tanpa takut akan kegagalan."

Aku mengangguk, memang benar apa yang baru saja ia katakan, aku memang kerapkali membatasi diriku, namun dasaat yang bersamaan, aku merasakan ada sebuah dorongan dalam diriku untuk mengembangkan imajinasiku dan membebaskan diriku dari batasan-batasan yang pernah ada.

Makhluk luar angkasa itu kemudian memberikan pesan kedua, "Ingatlah untuk selalu hidup dalam keseimbangan. Alam semesta ini terdiri dari energi yang beresonansi dan keseimbangan adalah kunci untuk menjaga harmoni dalam hidupmu. Carilah keselarasan antara kerja keras dan istirahat, antara memberi dan menerima, antara dunia luar dan dunia dalammu."

Aku merenungkan pesan tersebut, dan menyadarinya, memang hidupku tidak pernah seimbang, aku berjanji untuk mencari keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan mulai detik ini. Aku tersadar bahwa hidup yang seimbang akan membawa kedamaian dan kebahagiaan yang lebih besar.

Sebelum aku kembali ke duniaku, makhluk luar angkasa itu memberikan pesan terakhirnya, "Jadilah terbuka terhadap perbedaan. Alam semesta ini luas dan penuh dengan keragaman. Hargai dan terima perbedaan orang lain serta belajarlah dari pengalaman mereka. Dalam perbedaan, terdapat kekayaan pengetahuan dan kebijaksanaan yang tak ternilai harganya."

Aku heran dengan pesan terakhir ini, bukan hanya aku yang kesulitan menerima perbedaan, aku yakin makhluk-makhluk bumipun mengalami hal yang sama. Aku ingin bertanya kepadanya, apakah pesan terakhir itu penting, namun ia sepertinya berjalan mendekat ke arahku.

"ikuti pesanku, dan sampaikan kepada semua makhluk di bumi" ia berbisik, dan menggenggam pundakku, kemudian menatap mataku sangat dalam, aku tidak dapat memahami tatapan mata itu, aura cahaya yang terpancar dari tubuhnya membuatku kehilangan akal sehat.

Ia mendorongku, aku terjatuh, aku merasakan seperti jatuh dari langit "aaaaakkhhhhhhh....."

"fuih.."

"aku bermimpi..."

-TAMAT-

M.I

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun