"Berhenti sejenak, sadari dan nikmati setiap proses kehidupanmu." Sambungnya.
"Terima kasih, Pak, aku akan mencoba melihat dunia dengan perspektif yang berbeda." Sahut Nyala dengan wajah yang sumingrah, ia berlalu meninggalkan Nelayan Tua itu.
Hari-hari berikutnya, Nayla menjelajahi pulau ini dengan semangat yang baru. Ia berjalan-jalan di hutan tropis, menikmati keindahan flora dan fauna yang langka. Suatu hari, saat sedang duduk di pantai, Nayla melihat seorang seniman sedang melukis pemandangan indah di dekatnya.
"Permisi, apa yang sedang kamu lukis?" karena merasa tertarik dengan aktifitas pelukis itu, Nayla berusaha untuk memulai percakapan dengannya.
"Aku menangkap keindahan alam ini melalui cat dan kuas, aku yakin kanvas ku dapat mengungkapkan perasaan yang sulit diungkapkan oleh kata-kata." Jawab pelukis itu dengan nada datar tanpa ekspresi.
"Itu sangat inspiratif... aku juga ingin mencoba berkreasi dengan lukisan, tapi bagaimana kamu mempunyai keberanian untuk mengungkapkan diri mu melalui lukisan?" tanya Nayla dengan rasa penasarannya.
"Ketika kamu menciptakan sesuatu dari hati, kamu memberikan ruang di dalam dirimu untuk tumbuh dan berkembang. Jangan takut untuk mengekspresikan dirimu, temukanlah keindahan dalam setiap goresan kuasmu itu." Sahut pelukis itu dengan tatapan yang tajam.
Nayla menghabiskan hari-harinya dengan melukis dan menggambar pemandangan indah di sekitarnya. Ia merasa semakin dekat dengan dirinya sendiri saat ia mengekspresikan keindahan yang ia rasakan melalui goresan-goresan kuas di atas kanvas.
Di suatu sore, Nayla bertemu dengan seorang penjaga pantai yang sedang membersihkan pantai dari sampah-sampah yang terdampar di sepanjang pantai.
"Apakah aku bisa membantu membersihkan pantai ini?" pinta Nayla kepada penjaga pantai itu.
"Tentu saja! Semua orang bisa berkontribusi dalam menjaga kebersihan pantai kita. Terima kasih atas bantuanmu." Jawab penjaga pantai dengan senyuman yang hangat.