"perjumpaan kita hanya sampai disini Anggrek, selamat tinggal"
Lebah meninggalkan Anggrek hitam meratapi kesedihannya, hari demi hari Anggrek hitam itu semakin menghitam, dan kemudian muncullah seorang manusia yang memetik Anggrek hitam itu dari tempat peraduannya yang nyaman baginya.
Anggrek hitam itu kini sendiri, hidup ditengah kota yang bising dengan hiruk pikuk kesibukan anak adam yang tak pernah padam, egoisme estetika mengalahkan keindahan tangan tuhan, tidak ada lagi lebah yang ia kagumi, ia harus hidup disebuah batang pohon mangga yang hanya menganggapnya sebagai benalu, namun ia tetaplah setangkai Anggrek hitam yang jelita.
"tetaplah menjadi Anggrek Hitam" batinku berbisik ketika mendengar kabar dari para burung yang singgah ditelingaku.
-Tamat-
Iqbal Muchtar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H