Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Distorsi Ingatan Itu

27 Agustus 2020   16:10 Diperbarui: 27 Agustus 2020   16:10 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Darwis Alwan dari Pexels

Aku melihat sebuah cahaya kecil, aku baru menyadari bahwa ada celah kecil, aku merasa tidak aman di dalam sini, aku takut. Namun aku teringat pesan ibu ku, namun ingatan itu samar-samar karena ketakutan yang ku rasakan ketika kulihat celah itu semakin membesar.

Aku beranikan diri ku untuk melihat keluar celah itu, aku melihat laut, aku melihat bulan, aku melihat bintang ternyata diluar sana sangat indah, aku ingin keluar dari cangkang telur ku, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya, aku berusaha untuk mendorong namun sepertinya cangkang ku terhimpit oleh sesuatu, aku tidak tahu apa itu, aku merasa sedih. 

di sudut cakang aku termenung, mengapa aku begitu lemah, mengapa aku tak berdaya, namun aku teringat pesan ibu ku yang tadi sempat samar-samar di dalam ingatan ku, aku ingat ibu ku berkata 

"pergilah menuju cahaya, berlarilah, bergulinglah dan kejarlah cahaya itu.. kejarlah cahaya itu nak!".

ya.. itu suara ibu ku, aku ingat ibu bicara itu ketika aku masih di dalam cangkang ini.

aku harus bangkit, aku harus bisa keluar dari cangkang yang sudah melindungi ku selama 90 hari ini, akan aku gunakan tangan kecil ku untuk merobek cangkang ini, akan ku gunakan kaki ku untuk mendobraknya, namun aku sudah berusaha sekuat tenaga, ya sekuat tenaga yang aku punya, namun cangkang ini tetap utuh dan kokoh. Aku belum menyerah akan ku tarik, akan ku robek cangkang ini.

dalam usaha ku merobek kulit cangkang ini, kaki dan tangan ku tergores oleh sampah pecahan kaca yang menindih cangkang ku, aku hanya kura-kura kecil yang lemah dan luka ini mengeluarkan banyak darah namun aku tetap berusaha keluar dari cangkang ini, aku tidak menyerah aku ingat pesan ibu ku, aku harus mengejar cahaya.

semakin lama, luka ini semakin membesar karena usaha ku untuk bisa keluar dan mengejar cahaya itu namun aku telah berhasil keluar dengan banyak sekali luka-luka disekujur tubuh ku, aku melihat cahaya bulan itu, aku berlari dengan cucuran darah, tapi mata ku sepertinya berat, aku tidak dapat melihat dengan jelas, dan aku tak sanggup lagi berlari, aku terhenti.

dalam gelap aku teringat ibu ku berpesan

"pergilah menuju cahaya, tidak perlu tergesa-gesa karena cahaya itu akan selalu ada, berlarilah  tidak perlu terburu-buru karena cahaya itu banyak yang memburu, bergulinglah dengan keyakinan dan kejarlah dengan keikhlasan karena cahaya itu milik tuhan" 

-TAMAT-

M.I. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun