Indonesia disebut sebagai negara kepulauan karena wilayah kelautannya lebih luas dari daratan. Dimana masyarakatnya bergantung pada pekerjaan sebagai pelaut atau nelayan sebagai sumber pendapatan utama mereka . Masyarakat yang tinggal di pinggiran pantai dan perairan laut sering disebut sebagai masyarakat pesisir. Masyarakat ini hidup sebagai nelayan dengan menggunakan perahu kecil dan besar (Agus et al., 2024). Â
Nelayan menangkap ikan pada saat air laut kecil/mati maka hasil tangkapan pun banyak dan pasang air laut tenang, semuanya tergantung alat tangkap nelayan dan pada saat kapan dan dimana nelayan berlabuh. Oleh karena itu jika air laut tidak bersahabat lagi, seperti nelayan sering dapat musibah karam dilaut akibat angin dan ombak yang besar, Peran aktif nelayan di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan bagian yang penting. Sebagaimana terlihat pada suku-suku asli yang mendiami suatu tempat, mereka akan sangat mengenali lingkungannya (Sembiring, 2019).
Mereka mampu menggunakan kebudayaan dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang diwujudkan dalam bentuk tradisi. Salah satu tradisi dalam pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia adalah Jamu Laut yang dimiliki oleh masyarakat Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.(Sembiring, 2019). Tradisi-tradisi yang di lakukan memiliki makna tersendiri bagi manusia dan alam. Relasi manusia dan alam memberikan mengintegrasi bahwa tradisi tidak dapat di lepaskan dalam suatu keyakinan, sebagai contoh, adanya merasa memiliki kekuatan-kekuatan gaib, adanya keberkahan yang dapat di rasakan, maupun kelancaaran dalam menjalani kehidupan ini
Tradisi ini tidak hanya merupakan praktik ritual yang dilakukan oleh masyarakat pesisir sebagai cara untuk menjaga hubungan yang harmonis antara keduanya konservasi sumber daya kelautan dan perikanan termasuk interaksi manusia dengan alam dan kearifan lokal secara ilmiah (Taryoto, 2016). Salah satunya  tradisi ritual jamu laut yang merupakan bagian dari warisan budaya suku Melayu di pesisir Sumatera Utara. Tradisi ini masih lestari. Biasanya, ritual jamu laut dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan persembahan kepada 'Mambang Laut' atau Penunggu Laut. Selain itu, ritual jamu laut  juga sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diperoleh dari laut.Tradisi ini juga ditujukan untuk tolak bala dan diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan para nelayan.
Ritual jamu laut biasanya dilakukan berdasarkan kepercayaan terhadap kehadiran roh laut, khususnya yang berasal dari Wakanbangura, serta roh-roh yang ada di lingkungan sekitar masyarakat Desa Wakambangura, tempat makhluk halus tersebut diyakini bersemayam. Tradisi ini diwariskan oleh nenek moyang sebagai cara menjaga dan merawat laut agar tetap memberikan perlindungan serta keberkahan bagi masyarakat (Agus et al., 2024).
 Ritual ini bertujuan untuk memberikan persembahan kepada dewa laut melalui ritual khusus berupa jamu laut dan pemberian makanan. Upacara ini diadakan setidaknya sekali dalam setahun. Apabila ritual ini tidak dilakukan, masyarakat percaya bahwa bencana akan menimpa Desa Wakambangura. Hasil kebun akan mati, nelayan yang melaut berisiko tenggelam, dan masyarakat akan dilanda berbagai penyakit.
Pelaksanaan ritual ini biasanya dimulai ketika banyak nelayan yang jatuh sakit setelah melaut, atau ada orang yang mengalami kecelakaan di laut. Pada saat itulah tradisi Jamu Laut dilakukan. Prosesinya dimulai dengan penyembelihan kambing sebagai kurban. Daging kambing akan dimasak menjadi gulai untuk dinikmati bersama oleh seluruh peserta upacara. Sedangkan bagian kepala dan kulit kambing, serta jenis makanan lainnya, akan diletakkan di atas bale-bale, yakni tempat persembahan yang dibuat khusus dan ditinggikan. Setelah itu, doa-doa akan dipanjatkan, lalu diakhiri dengan makan bersama di pantai.
Sebelum upacara jamu laut di lakukan, ada di khususkan untuk hari pantang. Dimana setiap orang di larang untuk mengambil benda yang jatuh ke tanah, berbicara kotor, memasak di rumah, Upacara jamu laut di lakukan atas perintah pawang yang sudah dapat wangsit dari roh penghuni sekitar Desa Jaring Halus. Pawang memiliki peran dalam memimpin upacara jamu laut. Sesajian yang di perlukan semua harus di siapkan seperti biasa. Masyarakat sendiri memiliki peran masing-masing, ada yang memasang bale-bale sebagai tempat sesajian, ada yang menyediakan kayu bakar, ada juga yang memotong hewan untuk sesaji dan makan bersama, begitu juga dengan ibu-ibu yang menyiapkan bumbu dan memasak.
Upacara jamu laut memiliki akar yang erat dengan kepercayaan animisme dan telah dikenal luas di Nusantara, terutama di wilayah tempat masyarakat Melayu bermukim. Tradisi ini diyakini dibawa oleh nenek moyang yang memiliki garis keturunan Indo-Cina sejak ratusan tahun yang lalu. konsep tradisi yang mereka lakukan yakni sebagai jalan membina interaksi antara anggota masyarakat dengan penguasa alam. Bertambah besarnya tantangan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat serta semakin baik kehidupan yang dialami kelompok masyarakat itu sendiri maka akan semakin memepercepat meningkatnya keyakinan mereka terhadap roh-roh orang meninggal, pohon besar, penguasa laut dan bumi.