Mohon tunggu...
Iqbal Lubekran
Iqbal Lubekran Mohon Tunggu... karyawan swasta -

produktif menghasilkan tulisan jika sedang rajin, nah disitulah masalahnya... *tarik selimut*

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musim Dukung-Mendukung Telah Tiba

14 Mei 2012   10:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:18 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal yang jamak kita jumpai saat musim pilkada seperti di Pilgub DKI seperti sekarang ini adalah betapa tiap ruas jalan raya telah diakuisisi oleh spanduk maupun baliho dari para kandidat. dengan karakteristik umum berupa: didominasi gambar/foto calon, tulisan yang bombastis, dan posisi yang strategis okelah, memang banyak yang mencibir praktek promosi seperti ini yang dinilai mengotori kota. namun praktek ini masih sering digunakan oleh kandidat di tiap pilkada, karena dinilai sebagai metode yang paling efektif mengenalkan sosok sang kandidat. hal yang menarik, selain spanduk/baliho yang dibuat oleh tim sukses masing-masing kandidat, kita juga sering melihat banyak spanduk dukungan dari (yang menyebut dirinya) masyarakat kepada satu kandidat. redaksional spanduk tersebut antara lain: "kami paguyuban mahasiswa pinggiran mendukung xxx" atau "kami komunitas  xxx mendukung xxx", atau juga "anak daerah xxx siap mati mendukung xxx" bisa juga "perkumpulan xxx mendukung xxx" sepintas dukungan seperti itu sah-sah saja, mungkin bagi yang awam akan malah kagum melihat betapa elemen masyarakat begitu getolnya mendukung kandidat. satu hal yang sering mengganggu saya adalah seringkali perkumpulan/ormas/LSM tersebut tidak pernah kita dengar sebelumnya. mereka ini sering berbentuk "paguyuban" atau "perkumpulan" atau "lembaga" yang sekonyong-konyong eksis di ruang publik dan langsung bersuara mendukung kandidat pilihannya (atau yang membayarinya?) apakah iklim perpolitikan yang 'bebas' sekarang ini memberi kesempatan yang lebar kepada para oportunis seperti ini? info yang sering saya dengar bahwa satu orang bisa membuat perkumpulan abal-abal seperti itu dan 'menjualnya' pada kandidat di pilkada. jadi jangan heran misalnya, saat pilkada DKI Jakarta seperti ini banyak bermunculan lembaga-lembaga/perkumpulan bak cendawan di musim hujan. dan jangan heran jika diketahui orang di belakangnya justru bukan penduduk Jakarta (yang berarti tidak punya hak pilih). Kira-kira jika kandidat yang mereka dukung itu terpilih, kickback-nya berupa apa ya? :) kebetulan saya juga tau bahwa tiap daerah itu punya alokasi dana kesbangpol yang salah satu bentuknya adalah sumbangan kepada ormas/LSM. apakah dua hal ini berkaitan? hmmm.... okelah, mungkin para aktor tersebut akan berkilah bahwa lembaga mereka tersebut sudah dibentuk dari dulu, sebelum pilkada, dan kegiatannya ini itu ini itu bla bla... Pertanyaan saya: saat bukan musim pilkada, lo kemane aje?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun