Salam Kompasiana..
Akhir pekan ini saya tertarik untuk  mengulas sisi lain dari sebuah berita yang ditampilkan oleh Republika online.
dalam berita yang berisi klarifikasi dari mantan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang H. M. Zainul Majdi terkait aliran dana 1,1 Milyar yang diklaim bersumber dari dana hutang piutang. simak kutipan statemen beliau  ;
"TGB menyebut total transfer dana pinjaman sebesar Rp1,165 miliar pada 2010. Dana pinjaman belakangan diketahui menggunakan uang perusahaan PT Recapital Asset Management. Untuk saat ini, ia memastikan sudah mengembalikan uang pinjaman beserta bunganya."
Namun tulisan ini tak akan terlalu menyorot tentang hutang piutang beserta dengan embel embel bunga hutang, yang termasuk dalam kategori riba dalam islam, karena tentunya TGB lebih paham tentang dalil dalil Riba.
Tulisan saya akan lebih menyoroti tentang statemen TGB di alinea paling bawah dari berita di Republika tersebut, berikut :
"TGB kemudian menjelaskan perihal sumber uang yang tersimpan di rekeningnya. Dia menyebut ada dua sumber uang, pertama dari gaji, dan tunjangan selaku Gubernur NTB, kedua berasal dari gajinya selaku pimpinan di salah satu sekolah milik keluarganya di Nahdlatul Wathan.
Sumbernya, kata dia, adalah seluruh pendapatan sah, baik pendapatan sebagai gubernur, gaji, tunjangan, honor, dan pajak daerah. "Kami punya lembaga pendidikan yang hampir kalau ditotal itu cabangnya seribu, Nahdlatul Wathan. Di pondok pesantren induk, di mana saya yang menjadi pimpinan di sana dan memiliki hampir 16 ribu santri. Di salah satu perguruan tingginya saja, omsetnya dalam satu tahun bisa Rp 16-17 miliar," jelas TGB."
Jadi, Nahdlatul Wathan ( NW ) itu punya cabang lembaga pendidikan sebanyak 1000-an, jika masing masing cabang menyetor ke Pusat NW rata-rata satu juta pertahun, maka Pusat NW akan mendapatkan penerimaan 1 Milyar per-tahun ( Rp.1juta dikali 1000 cabang ), itu bila satu juta per cabang per tahun, jika lebih dari sejuta rupiah maka akan lebih banyak lagi pendapatan pusat NW.
Berikutnya, disebutkan bahwa di ponpes induk terdapat 16ribu santri, jika masing masing santri dikenai SPP pertahun 1juta rupiah, maka pendapatan Ponpes dari SPP santri saja mencapai 16 Milyar Rupiah.. wow.Â
Berikutnya lagi, disebutkan bahwa omzet pendapatan di salah satu perguruan tinggi NW bisa mencapai 16-17 Milyar pertahun, jumlah yang sangat sangat besar tentunya.
Dan jika kita kalkulasi maka pendapatan Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh NW pertahun saya perkirakan mencapai 30-35 Milyar, itu dari SPP Siswa/ Santri/Mahasiswa saja, belum dari dana lain lain semisal uang pendaftaran, uang sumbangan pembangunan, bantuan dari pemerintah dll.
Selanjutnya mari kalkulasi lagi biaya operasional, jika 16-20 ribu peserta didik tersebut ( menghitung yang di ponpes Pusat NW saja) di bina oleh 750 tenaga pendidik beserta tenaga tata usaha & lain lain dengan gaji rata rata 30 Â juta per tahun, maka biaya untuk gaji di kisaran 22 Milyar, sehingga masih ada sisa dana yang bersumber dari para santri/peserta didik yang sangat besar.
Kalkulasi sederhana di atas tentu bisa menjadi inspirasi bagi teman teman yang ingin membuka usaha di bidang pendidikan. Meski kita tidak boleh lupa juga bahwa NW telah merintisnya sejak sangat lama.
Terkait dengan idealisme, keikhlasan dan tanggung jawab moral selaku pendidik atau yang sejenisnya, itu saya kembalikan kepada pribadi kita masing masing.
So... terimakasih saya sampaikan kepada TGB yang telah memberikan inspirasi bisnis yang tak terduga dahsyatnya ini.
Wassalaam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H