Mohon tunggu...
iqbal kholidi
iqbal kholidi Mohon Tunggu... wirausahawan, penulis lepas. -

akun kompasiana iqbal kholidi, twitter: @iqbal__kholidi facebook: facebook.com/iqbalkholidi.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membaca Al Quran: Antara Seni & Sakralitas

31 Mei 2015   09:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sejumlah perwakilan ormas Islam Indonesia, Kamis (28/05), menyambangi Kantor Kementeri Agama, antara lain dari Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), Forum Umat Islam (FUI), Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), para ormas label Islam tersebut mempermasalahkan kebijakan menteri Agama yang memperbolehkan pembacaan Alquran langgam jawa dalam peringatan Isra Miraj di Istana beberapa waktu yang lalu".

**

Pada penghujung tahun 2014 saya berkunjung ke Malaysia dan tinggal selama 1 pekan. Saya menginap di sebuah Home Stay kecil sederhana namun asri di tengah perkampungan Melayu.

Orang di situ mengatakan kepada saya meskipun berada di Kuala Lumpur perkampungan Melayu ini dilindungi oleh Pemerintah demi kelestarian adat istiadat Melayu, di perkampungan ini dilarang didirikan hotel atau gedung bertingkat, sehingga rumah-rumah khas Melayu hingga kini masih terjaga keberadaanya di tengah kepungan gedung pencakar langit Kuala Lumpur.

Melewati malam pertama saya terpesona oleh lantunan kumandang Adzan Subuh yang begitu Syahdu dengan irama yang belum pernah saya dengar sebelumnya.

Saya diajak pula berkunjung ke beberapa Masjid dan Islamic Center di Malaysia, yang berkesan adalah arsitektur bangunan Masjid yang menonjolkan kultur Melayu, dengan ornamen yang dihiasi kaligrafi ayat-ayat Al Qur'an dengan menonjolkan corak Melayu, ada pula perpaduan Melayu dan Persia. Pemerintah Malaysia nampaknya serius menggarap wisata religius berbasis keislaman khas Melayu. Saya beberapa kali menjumpai wisatawan dari Eropa dan Jepang yang menikmati wisata ini mereka tidak dilarang masuk Masjid sekalipun bukan Muslim. Pengurus Masjid mahir berbahasa asing sehingga wisatawan manca negara tak kesulitan memperoleh penjelasan tentang Islam khususnya corak keislaman masyarakat Melayu.

Meskipun singkat kunjungan ini cukup berkesan bagi saya. Oiya, kumandang adzan Subuh yang mempesona itu ternyata adalah Adzan langgam Melayu. Saya jadi teringat di tanah air bagaimana para Muadzin malah berusaha keras ingin meniru Adzan seperti di Mekah Medinah padahal kalau mau jujur Nusantara ini sangat kaya akan khazanah keIslaman yang khas.

Maka dari itu, sejak bulan lalu saya sangat mendukung ide Pak Menteri Agama untuk menyelenggarakan Festival Tartil Al Quran Langgam Nusantara, ide ini juga didukung Sejarawan Betawi JJ Rizal. Tapi rupanya ikhtiar bapak Menteri Agama mendapat ujian, kemarin ketika pembacaan ayat suci Al Quran dengan menggunakan langgam Jawa dalam acara peringatan Isra' Mikraj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara justru dikecam oleh beberapa pihak, termasuk Wasekjen MUI Tengku Zulkarnaen yang mengatakan pembacaan Al Quran dengan langgam Jawa adalah hal yang memalukan.

Menurut saya pandangan Wasekjen MUI itulah yang sesungguhnya memalukan, baru mendengar Murattal Al Quran langgam Jawa saja sudah kaget, apalagi kalau mendengar langgam Betawi, Sunda, Minang, Melayu dll.

Tidak ada larangan dalam membaca Al Quran dengan nada langgam Nusantara. Sebab pada dasarnya membaca lantunan Al Quran merupakan kreativitas seni manusia. Seperti seni Kaligrafi Arab yang penting penulisannya tidak menyalahi gramatika (Nahwu-Shorrof), begitupun seni baca Al Qur'an yang penting membacanya tidak menyalahi Tajwid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun