Mohon tunggu...
Iqbal Kautsar
Iqbal Kautsar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemakna INDONESIA. Pencerita Perjalanan. Travel Blogger. \r\nwww.diasporaiqbal.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah Senja Embung Nglanggeran

11 September 2014   20:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romantis. Saat Embung Nglanggeran menuju malam.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Senja di Embung Nglanggeran"][/caption]

Yang terlupa dari senja adalah kita melewatinya tanpa sejejak makna. Kadang kita terlalu asyik untuk mengabadikannya hingga senja tak terasa sudah cepat meninggalkan kita. Lantas apa yang diperoleh dari senja? Kita lebih banyak hanya mendapat remah-remah senja berupa potret narsis backlight yang sudah pasti sangat mainstream. Kita pun pulang pada haribaan malam dengan tangan hampa tanpa hakikat sesungguhnya tentang senja.

Saya yakin Embung Nglanggeran sudah terlampau populer sebagai ruang menyongsong senja di Yogyakarta. Nyatanya, sore itu saya hanya senoktah manusia di antara ratusan yang antusias mengantarkan siang kepada sang malam. Untuk menaiki tangga menuju atas Embung Nglanggeran, saya harus mengantri, berjalan pelan. Untunglah, sore masih belum terlampau surut. Tidak perlu tergesa-gesa.

Berada di atas Embung Nglanggeran yang terletak di Kecamatan Patuk, Gunungkidul, saya berjumpa dengan realitas puluhan anak muda. Ya, memang penikmat Embung Nglanggeran di sore hari kebanyakan adalah anak muda yang berpasang-pasangan ataupun berkelompokan. Sebuah kabar baik bahwa makin banyak juga anak muda yang berminat untuk menjadi penikmat senja. Saya rasa hal demikian lumrah karena senja menawarkan momen yang kaya dengan warna. Bukankah hidup di masa muda itu indah jika penuh warna?

Seperti biasanya, yang namanya anak muda itu masa penuh ekspresi. Di sudut manapun, di Embung Nglanggeran pasti saya temui adegan narsis. Terlebih sekarang dengan adanya tongsis, narsis makin gampang dilakukan. Gaya-gayanya pun makin bervariatif. Ah, sudahlah, melihat mereka hanya mengingatkan masa muda saya. Mereka pantas bergembira dalam haribaan senja.

Matahari yang membulat penuh itu mulai turun perlahan. Untunglah awan tipis di ufuk barat bisa menjadi filter alami agar baskara bisa terjaga tersaksikan membulat sempurna. Pada momen ini, saya tak habis pikir, banyak muda-mudi yang berfoto dengan membelakangi matahari. Sudah pasti akan backlight. Namun mereka tetap saja dengan ekspresi muka yang penuh totalitas. Terlebih sambil manyun bahkan melotot. Saya yakin wajah mereka di foto akan menghitam membentuk siluet karena mereka tak memakai flash. Ah, sudahlah, melihat ekspresi mereka saya hanya mengelus dada milik sendiri.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Gunung purba Nglanggeran, obyek wisata alam yang sedang naik daun di Yogyakarta"]

Gunung purba Nglanggeran, obyek wisata alam yang sedang naik daun di Yogyakarta
Gunung purba Nglanggeran, obyek wisata alam yang sedang naik daun di Yogyakarta
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="584" caption="Romantis. Saat Embung Nglanggeran menuju malam."]

Romantis. Saat Embung Nglanggeran menuju malam.
Romantis. Saat Embung Nglanggeran menuju malam.
[/caption]

Saya mulai cukup bergembira saat perlahan hari mulai menggelap. Matahari sudah sempurna tenggelam, yang tersisa hanya semburatnya saja. Lampu-lampu yang mengelilingi Embung Nglanggeran pun menyala.Keramaian anak muda mulai melirih. Sepertinya, mereka adalah anak-anak baik sehingga saat maghrib harus pulang menuju rumah atau kosnyamasing-masing.

Saat itulah romantika petangala Embung Nglanggeran mulai terasa. Saya yakin jika ada cowok yang membawa ceweknya ke Embung Nglanggeran dan menikmati saat petang seperti ini pasti si cewek akan makin lengket dengan pada cowoknya. “Romantis”, begitulah satu kata yang menggambarkan Embung Nglanggeran mulai menapak malam.

Namun, tak ada yang lebih menyedihkan saat saya tersadar bahwa ternyata senja begitu cepat meninggalkan saya. Saya sedari tadi terlalu sibuk mengabadikan mentari turun ke peraduan. Saya sedari tadi terlalu asyik memerhatikan para remaja narsis di tiap-tiap penjuru Embung Nglanggeran. Kini pun saya hanya terhibur oleh lampu-lampu yang memeriahkan suasana petang Embung Nglanggeran. Itupun tak berpasangan, saya sekedar menikmatinya sendiri saja.

Lantas, apa hakikat senja di Embung Nglanggeran sore ini? Bagi saya, tidak ada. Kecuali saya hanya menemui Embung Nglanggeran itu adalah tempat indah untuk menikmati senja di Yogyakarta. Itu saja.

Galeri foto selengkapnya bisa dilihat di http://diasporaiqbal.blogspot.com/2014/09/melenggang-saja-senja-embung-nglanggeran.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun