Mohon tunggu...
Iqbal Hafizhul Lisan
Iqbal Hafizhul Lisan Mohon Tunggu... -

Pelajar SMA Labschool Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tawuran, Akankah Terus Berlanjut?

11 September 2014   05:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:02 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawuran antar pelajar sudah tidak asing lagi terdengar di masyarakat. Tawuran ini seakan menjadi agenda rutin yang sering terjadi di banyak daerah khususnya di Ibu Kota Jakarta. Tawuran bukanlah suatu perkara yang mudah untuk diatasi. Banyak korban yang berjatuhan akibat hal ini. Tawuran sangat sulit dihilangkan. Apakah masalah tawuran akan terus ada dan berlanjut dalam kehidupan seorang pelajar?

Tawuran antar pelajar adalah masalah yang sangat mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Para pelajar yang terlibat dalam tawuran bersikap anarkis dengan saling menyerang dan melukai. Mereka menyerang tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Setiap orang bisa saja menjadi sasarannya. Akibatnya korban pun berjatuhan. Bahkan bukan tidak mungkinnyawa menjadi taruhannya.

Terkadang mereka juga melakukan aksi pengerusakan terhadap fasilitas umum. Rumah dan kendaraan warga terkadang turut menjadi korban. Tak jarang jendela rumah dan mobil warga rusak terkena lemparan batu. Warga yang berada di sekitarnya pun merasa kesal karena terganggu kenyamanannya. Masyarakat sudah lelah dengan maraknya aksi tawuran antar pelajar yang sering terjadi.

Tawuran bukan lagi dikategorikan sebagai tindakan kenakalan remaja, tetapi sudah sebagai tindakan kriminal. Bagaimana mungkin seorang pelajar tega melukai atau bahkan menghilangkan nyawa pelajar lainnya. Tindakan tersebut tidak mungkin dilakukannya jika ia memiliki hati nurani. Pasti ada hal yang menyebabkan seseorang tega melakukannya hanya karena masalah-masalah sepele.

Ada banyak faktor yang memicu terjadinya aksi tawuran. pada tingkat paling awal adalah rendahnya kualitas pribadi dan sosial seorang pelajar. Pelajar yang kurang berwawasan dan tidak memiliki pemikiran yang matang cenderung bertindak dengan menggunakan kekerasan. Beratnya kurikulum pendidikan yang ada semakin membebani mereka. Sekolah membuat mereka semakin tertekan. Karena tidak adanya prestasi yang dapat diunggulkan mereka pun memamerkan dan mempromosikan dirinya menggunakan kekuatan. Hal ini dapat mendorong terbentuknya jiwa premanisme dalam diri seorang pelajar.Akibatnya semakin banyak tidakan kekerasan yang terjadi dikalangan pelajar.

Penyebab tawuran terkadang berasal dari dalam sekolah itu sendiri. Pola pertemanan dengan cara berkelompok atau yang sering disebut “geng” dapat memicu konflik antar kelompok. konflik itu semakin lama semakin membesar dan memicu aksi tawuran. Namun ada juga tawuran yang disebabkan oleh dua kelompok yang berbeda sekolah. Hal seperti inilah yang sering terjadi dimana-mana. Pihak sekolah harus berperan baik dalam menghadapi masalah seperti ini.

Geng atau kelompok pertemanan menimbulkan rasa kesetiakawanan atau yang sering disebut dengan solidaritas. Aksi tawuran terkadang tak dapat dipisahkan jauh dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Solidaritas yang berlebihan cenderung bersifat negatif. Tawuran kadang berawal dengan masalah kecil seperti masalah pribadi namun berujung menjadi masalah besar. Dengan iming-iming solidaritas, mereka pun menyelesaikan masalah melalui tawuran. Padahal suatu persahabatan dapat menjadi lebih indah ketika rasa tersebut ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.

Dalam menangani ini, tentu peran keluarga, lingkungan, serta pendidikan sangatlah diperlukan. Para pelajar yang terlibat tawuran harus dibina dan dibimbing dengan benar. Pembinaan dilakukan bukan dengan kekerasan lagi. Hal itu malah semakin mendorong mereka untuk terus melakukan aksi tawuran. Pembinaan harus dilakukan dengan baik dan sabar. Perlahan tapi pasti, mereka akan berubah karena pada dasarnya sifat anarkis, dan solidaritas yang tinggi tersebut bukan berasal sejak mereka dilahirkan, namun sifat yang dapat dibentuk. Semoga kedepannya, tawuran semakin jarang terjadi dan semakin banyak pelajar yang sadar bahwa kekerasan bukanlah hal yang utama dalam menyelesaikan permasalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun