Kehidupan adalah sebuah perjalanan. Perjalanan yang dimulai dari kelahiran sampai kematian, tapi makna kehidupan bagi seorang muslim adalah sebuah perjalanan yang dimulai dari kelahirannya di dunia dan berujung pada pertemuannya dengan Tuhan semesta alam, untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya ketika hidup di dunia.
Sebelum masuk ke kisah singkat, mari kita sama-sama merenungkan 2 ayat di bawah ini.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)
“Seolah-olah tatkala melihat hari kiamat itu, mereka tidaklah hidup (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di waktu siang atau sesaat di waktu dhuha.” (QS. an-Nazi’at:46)
———————————
Manusia gampang bosan? Iya benar, itulah yang sedang muhsin rasakan saat ini, kenapa? Karena muhsin sulit untuk bergaul dengan orang yang disekitarnya. Tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri, dan juga muhsin tidak punya bahan obrolan untuk diobrolkan dengan kawan-kawannya.
Yah, itulah dirinya. untuk saat ini muhsin menerima apa adanya, karena muhsin juga belum mempunyai tujuan yang jelas dalam kehidupannya ini.
Terkadang muhsin teringat perkataan Ustadznya bahwa "seorang muslim itu menjadikan kehidupan dunianya sebagai jembatan menuju ke akhirat."
Sebelum masuk pesantren muhsin adalah remaja broken home, kedua orang tuanya sibuk bekerja siang dan malam sampai-sampai tidak ada waktu untuk muhsin berbincang bersama keduanya.
Oleh karna itu muhsin menjadi orang yang pendiam dan merasa sulit untuk beradaptasi di lingkungan barunya ini, yaitu pesantren.
Tibalah waktu ketika muhsin ingin merubah gaya hidupnya, keinginannya itu muncul pada saat ia merasa bahwa tidak ada yang tersisa dari dirinya dihadapan orang lain kecuali keburukan.
Seolah ia berkata di dalam hatinya "Entah akan jadi apa aku ini di masa depan kalau diusiaku yang sekarang ini, aku seperti ini. Banyak mengecewakan orang dan banyak yang tidak terpuji dari sifatku ini. Kalau ada orang yang membenciku aku lebih memilih diam dan tidak banyak bicara kepadanya dan terus seperti itu tanpa terselesaikan masalahnya." Setelah itu tekadnya semakin kuat untuk merubah segala yang ada dikehidupannya menjadi lebih baik.
Motivasinya muncul karena ia sering mentadaburi Ayat-ayat Al-qur'an setiap pagi di pondok pesantrennya, ia tersadarkan oleh ayat yang berbunyi :