Mohon tunggu...
Iqbal Fatoni
Iqbal Fatoni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Universitas Al-Azhar, kairo, F.C. Internationale Milano, Penikmat karya Kompasianer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pangeran Blambangan Mengembara ke Tahrir II

5 Maret 2011   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pun sejenak berhenti memandang sebuah bangunan yang terlihat gagah, hitam tapi tak berisi,memberikan puing-puing kenangan sejarah yang terbakar dan terjarah saat itu.Memberikan pemandangan yang buram ditengah alunan musik padang pasir disamping keramaian sungai nil yang tak nampak bagaikan hari-hari lalu.Tempat yang dahulu selalu banyak didatangi para turis berambut pirang,memokuskan lensa diantara pemandangan-pemandangan yang eksotis. Kita sempatkan diri untuk istirahat di tritisan sungai nil dengan ditemani secangkir minuman khas mesir dan sebungkus kacang.Hah…dimana pun yang namanya makanan dan minuman mesir selalu identik dengan rasa yang menggoyang lidah,kecut dan sepet.”ismuh eih dih ya amm?” (namanya apa ini pak) tanyaku pada penjual.”khoms,ismuh khoms”,(namanya khoms) jawabnya dengan wajah yang tanpa ekpresi.”helwah?”(enak),”aiwah”,(tentu).Hmm..tetap saja lidah Indonesiaku tak merasakan enaknya seperti lidah orang mesir yang suka dengan makanan bertabur kekecutan.Aku,kang Doel dan Ilman masih asyik bercengkrama dengan melihat pemandangan,tapi sempat sedikit terganggu dengan sekelompok wanita yang tertawa disamping kami,enggan berjalan seolah mencari perhatian,ya…memang sih,katanya disekitar nil memang banyak wanita yang agak “genit”.Tapi kita pun cuek dengan mereka,ah…seketika mereka lewat dibelakangku tiba-tiba salah satu dari mereka menarik rambutku,”oe…!!! Fi eih ya nisa’?” ( hei,ada apa mbak ) kataku spontan,”ma’lisy,ma’lisy.musy ana,hiya..hiya..”, ( maaf,bukan saya,tapi dia ) katanya dengan tak berterus terang malah menunjuk temannya.Kita pun tak meladeni lebih,akhirnya kita melanjutkan perjalanan.

12992996871110147180
12992996871110147180
Aku,dan kedua temanku masih bersemayam rasa penasaran yang mengajak kita untuk berada di tengah-tengah lapangan yang menjadi sejarah revolusi itu.Maklum,kita juga belum tahu tempat yang menjadi perkumpulan khalayak ramai itu walaupun kita sudah berada di Tahrir.Setelah bertanya pada orang-orang yang berpapasan dengan kami,mereka memberi tahu bahwa semua tempat yang telah kami lewati ini adalah tempatnya.Kita pun masih tak percaya,karena keadaannya pun tak secompang-camping yang ku kira.Mataku tertuju pada kerumunan manusia berspanduk yang masih tersisa,”bukankah demo sudah berakhir?”,pikirku.Tapi kita masih asyik berfoto ditengah kerumunan orang yang juga asyik bergemuruh di belakang kami.Ternyata mereka memperingati hari wafatnya saudara-saudara mereka yang menjadi korban revolusi,dengan melihat gambar dan tulisan mereka kita pun mengerti,guratan kegembiraaan yang terlihat setelah berhasil menumbangkan sang penguasa. Adzan magrib berkumandang,setelah asyik bermanja ditengah atmosfir semangat para pendemo kita pun pergi ke masjid melaksanakan kewajiban sebelum menghibur temanku yang masih asing dengan sungai nil,Ilman.”Ancrit…” tegur Ilman setiap aku bilang dia ingin melihat penari pinggul sungai nil, dan kang Doel pun mendukungku,sekedar joke kecil penambah rasa penasarannya.Memang,untuk menikmati indahnya sungai nil tak lengkap rasanya jika tak menyewa perahu sekedar mengarungi sungai terpanjang sumber peradaban dan kehidupan penduduk mesir. Setelah sholat magrib kita langsung menuju tempat penyewaan perahu,sebelumnya juga seperti biasa,kita berfoto-foto dulu.Akhirnya dengan 2 LE atau Rp. 3.000,- / orang kita dapat tiket.Bersama orang-orang mesir kita pun merasa sangat asing,karena hanya kita orang asing didalam perahu.Tak seperti biasa,pasca tragedy revolusi kemaren,pengunjung tak seramai sebelumnya.Dengan diiringi lagu khas timur tengah,kuping kita pun terasa sedikit sakit,operator terlalu keras memutar volume musiknya.Tapi tak dihiraukan oleh pak operator,karena mereka sudah terbiasa seperti itu.Tali pun dilepas dari sandaran dan perahu pun mulai melaju cukup kencang,mulailah terlihat wanita dengan baju hitam pekat menemani perjalanan kami dengan goyangan maut mengalahkan inul bahkan Julia perez ataupun dewi persik saat tidur.Pasalnya penari nil sekedar melenggak lenggokkan tubuhnya dengan gaya yang agak “hmm…”,malah membuat tidak betah didalam perahu,karena kita juga disuruh menari bersamanya oleh pemandu perahu,hingga ditarik tanganku dengan kuat,yang sebelumnya Ilman yang ditarik diminta menari bersama.”ana lastati’..ana lastati’..” (aku tidak bisa…) kata kang Doel yang malah menunjukku dengan mengangkat jempolnya,meyakinkan kalau aku bisa menari,hah…”Ancrit…” dalam hatiku,yang  memakai jurus ilman.mungkin kualat gara-gara mengatain Ilman terus,hinnga akhirnya aku jadi umpan untuk menari.Hanya sekedar berdiri pasif aku pun berdiri mengikuti penari,sambil tetap menolaknya,karena tanganku dipegang dengan erat oleh laki-laki gagah pemandu perahu,aku tak bisa berkutik.”kholas…kholas…” (sudah..sudah…) aku menghentak,hingga akhirnya dilepaskan.”huh..crazy bener orang ini” gumamku sembari menghela nafas panjang.Tak terasa perahu sudah sampai ke hulu,kita pun langsung turun dengan sedikit cekikikan.hahaha…
12993008481960298704
12993008481960298704
Pengalaman malam ini sungguh crazy kita bilang,ya…hanya sekedar mengisi liburan yang gak jelas,masalahnya sampai sekarang lembaga pendidikan pun belum aktif,khususnya al-Azhar.Itulah sedikit berbagi cuplikan pengembaraan sedehana di tempat sejarah baru untuk kemerdekaan yang baru rakyat mesir.Semoga Mesir segera pulih kembali dan mendapatkan pemimpin yang lebih baik,karena sebagai Negara yang menjadi salah satu kiblat keilmuan dunia,harus tetap menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyatnya. Terimakasih atas perhatiannya,kritik dan saran selalu ditunggu.Wassalamu'alaikum Wr,Wb,. Kairo,26 Rabu'ul Awal 1432 H Menjelang siang Ifatoni

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun