Mohon tunggu...
M. Iqbal Fardian
M. Iqbal Fardian Mohon Tunggu... Ilmuwan - Life Time Learner

Penulis adalah seorang pendidik di sebuah sekolah swasta kecil di Glenmore, Banyuwangi. Seorang pembelajar yang tak pernah selesai untuk terus belajar. Saat ini penulis sedang menempuh Pendidikan di Program S3 Ilmu Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Babad Mangir dan Anyir Darah di Telatah Mataram

10 Januari 2019   18:18 Diperbarui: 6 Juli 2021   16:05 2424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Watugilany yang diyakini sebagi bukti kebenaran Kisah tentang Ki Ageng Mangir

Kisah ini memang tidak pernah dicatat dalam dokumen tertulis Kraton yang dirangkum dalam Babad Tanah Jawi. Namun kisah penting dan dramatis ini tertuang dalam cerita tutur yang secara turun temurun diceritakan oleh masyarakat Jawa. Kisah ini memang menjadi semacam duri dalam perjalanan Panembahan Senopati dalam menghantarkan Mataram sebagai Negara berdaulat dan berkuasa penuh di tanah Jawa.

Salah satu langkah politik Panembahan Senopati setelah menjadi Raja Mataram adalah upaya untuk memperluas daerah kekuasaan Mataram. Daerah-daerah di sekitar Mataram satu persatu ditaklukkan. Beberapa wilayah seperti, Kedu, Begelen, Banyumas, Tegal, Banten, Pajajaran, telah ditaklukkan. 

Namun ekspansi Mataram ke daerah daerah di sekitar Mataram masih menyisakan ganjalan dalam upaya mempersatukan daerah daerah di Pulau Jawa ke dalam kekuasaan Mataram. 

Sebuah pedukuhan kecil yang terletak tidak terlampau jauh dari Mataram yaitu kawasan yang dikuasai oleh Keluarga Ki Ageng Mangir, masih enggan untuk tunduk kepada Mataram. 

Baca juga : Pasar Tua Zaman Kerajaan Mataram yang Masih Eksis Beroperasi

babad-mangir-5c37291412ae942df3287e06.jpg
babad-mangir-5c37291412ae942df3287e06.jpg
Bahkan pemimpinnya malah dengan penuh percaya diri menantang Panembahan Senopati untuk beradu kesaktian dengan Ki Ageng Mangir. Ki Ageng Mangir menyatakan tidak takut kepada Raja Mataram. Ia bahkan berkata : " Aku berani bertarung melawan Prabu Mataram. Dimanapun bertemu aku aku tidak merasa takut terhadap raja. Dukuh ini didirikan oleh kakekku".

Mendengar sesumbar Ki Ageng Mangir nampaknya Raja Mataram memilih untuk berkepala dingin meskipun amarahnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Raja Mataram masih berhitung dengan kemampuan ilmu kanuragan Ki Ageng Mangir, ditambah lagi dengan kehebatan senjata pusaka Ki Ageng Mangir berupa tombak yang diberi nama Kiai Baruklinting. 

Baca juga :Mataram Kuno: Kudeta Rake Warak dan Runtuhnya Kejayaan Dinasti Sailendra

Setelah menerima masukan dari para elit Mataram yang lain, nampaknya Panembahan Senopati lebih memilih menaklukkan Ki Ageng Mangir dengan cara memanfaatkan kecantikan Putrinya yang bernama GKR. Pambayun untuk dapat memikat hati Ki Ageng Mangir.

Jemparing asmara Ratu Pambayun nampaknya memang telah berhasil menaklukkan Kiai Ageng Mangir. Kematian Ki Ageng Mangir dalam babad Mangir dengan sengkalan Tri Bojo Tata Bumi, atau tahun 1523 Saka ( Jawa ). 

Meskipun kematiannya menyisakan drama yang sangat memilukan. Ki Ageng Mangir meninggal dalam sebuah rencana untuk menjebak Ki Ageng Mangir yang melibatkan Ratu Pambayun isteri Ki Ageng Mangir sendiri.

Drama Mangir berawal dari keengganan Ki Ageng Mangir untuk tunduk kepada Panembahan Senopati. Kesaktian Ki Ageng Mangir nampaknya menjadi factor keengganan Senopati untuk melakukan konfrontasi secara langsung, namun Senopati mengirim rombongan pertunjukan wayang kudalang, disertai beberapa orang penabuh gamelan, dan puteri raja yang menyamar sebagai anak dalang. Tumenggung jayasupantara ditugaskan sebagai dalang dengan nama samara Ki Sandiguna.

Baca juga : Surat untuk Kesatria Hebat Pejuang Tumor di Kota Mataram! Lekaslah Sembuh Pahlawanku

Situs Watugilany yang diyakini sebagi bukti kebenaran Kisah tentang Ki Ageng Mangir
Situs Watugilany yang diyakini sebagi bukti kebenaran Kisah tentang Ki Ageng Mangir
Dalam babad Mangir dikisahkan bahwa Panembahan Senopati memerintah Pambayun untuk memikat Ki Ageng Mangir. Dengan pesona sang putri nampaknya tidak terlampau sulit bagi Pambayun untuk dapat menyentuh hati Ki Ageng Mangir, yang kemudian keduanya menikah. Dalam satu kesempatan Panembahan Senopati meminta pambayun untuk menghadapkan suaminya ke Mataram.

Setibanya di depan Istana Mataram, Ki Ageng Mangir dan istrinya disambut untuk dipersilahkan masuk kedalam istana. Mendekati tempat pertemuan pusaka Ki Ageng Mangir, pusaka Kyai Baru Klinting yang selalu dibawa Ki Ageng Mangir diminta untuk tidak dibawa disaat menghadap Panembahan Senopati. 

Dengan berat hati Ki Ageng Mangir melepaskan tombak saktinya tersebut. Kemudian Ki Ageng Mangir berserta istrinya memasuki istana Senopati untuk bersujud menghaturkan sembah sekalius mencium lutut sambil memegang kepala Ki Ageng Mangir Senopati menggeser lututnya yang kemudian membenturkan kepala Ki Ageng Mangir pada sebuah batu Gilang yang menjadi tempat duduk senopati. 

Akhirnya Ki Ageng Mangir meninggal seketika dan jenazahnya segera dibawa keluar lewat pintu belakang dan secara diam-diam dikuburkan di tempat rahasia yang telah dipersiapkan sebelumnya. Masyarakat Jogyakarta meyakini makam Ki Ageng Mangir berada di Desa Sorolaten Sidokarto Godean Sleman( iqbal fardian )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun