Drama Mangir berawal dari keengganan Ki Ageng Mangir untuk tunduk kepada Panembahan Senopati. Kesaktian Ki Ageng Mangir nampaknya menjadi factor keengganan Senopati untuk melakukan konfrontasi secara langsung, namun Senopati mengirim rombongan pertunjukan wayang kudalang, disertai beberapa orang penabuh gamelan, dan puteri raja yang menyamar sebagai anak dalang. Tumenggung jayasupantara ditugaskan sebagai dalang dengan nama samara Ki Sandiguna.
Baca juga : Surat untuk Kesatria Hebat Pejuang Tumor di Kota Mataram! Lekaslah Sembuh Pahlawanku
Setibanya di depan Istana Mataram, Ki Ageng Mangir dan istrinya disambut untuk dipersilahkan masuk kedalam istana. Mendekati tempat pertemuan pusaka Ki Ageng Mangir, pusaka Kyai Baru Klinting yang selalu dibawa Ki Ageng Mangir diminta untuk tidak dibawa disaat menghadap Panembahan Senopati.Â
Dengan berat hati Ki Ageng Mangir melepaskan tombak saktinya tersebut. Kemudian Ki Ageng Mangir berserta istrinya memasuki istana Senopati untuk bersujud menghaturkan sembah sekalius mencium lutut sambil memegang kepala Ki Ageng Mangir Senopati menggeser lututnya yang kemudian membenturkan kepala Ki Ageng Mangir pada sebuah batu Gilang yang menjadi tempat duduk senopati.Â
Akhirnya Ki Ageng Mangir meninggal seketika dan jenazahnya segera dibawa keluar lewat pintu belakang dan secara diam-diam dikuburkan di tempat rahasia yang telah dipersiapkan sebelumnya. Masyarakat Jogyakarta meyakini makam Ki Ageng Mangir berada di Desa Sorolaten Sidokarto Godean Sleman( iqbal fardian )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H