Mohon tunggu...
iqbal fadli muhammad
iqbal fadli muhammad Mohon Tunggu... proletar -

peneliti & digital nomad

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

5 Alasan Menolak Mudik dengan Motor

11 Juli 2016   17:58 Diperbarui: 11 Juli 2016   18:02 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudik atau pulang kampung adalah fenomena yang unik dengan beragam hal yang terjadi didalamnya mulai dari sosial-budaya, spiritual ketuhanan, liburan bahkan pemerintahpun dibuat pusing dan sibuk. Mengapa tidak?  Perihal kemacetan dan angka kecelakaan cukup tajam dari aktivitas mudik ini. Menurut Prediksi lembaga kajian IDEAS estimasi pemudik pada tahun 2016 ini sekitar 32,2 juta jiwa, dimana sekitar 2,3 juta jiwa menggunakan kendaraan mobil serta 5,8 juta jiwa menggunakan kendaraan motor. Fakta dilapangan memang membuktikan bahwa pemudik memilih kendaraan motor dikarenakan alasan efesiensi biaya, waktu hingga kemudahan ketika tiba di kota tujuan. Namun tercatat oleh kementrian perhubungan sekitar 80% pemudik 2016 yang mengalami kecelakaan adalah pemudik yang menggunakan kendaraan motor (tehitung H-7 hingga H-4 lebaran). Maka ada 5 alasan menolak gerakan mudik dengan motor, diantaranya:

  • Berdampak Kelelahan yang mendalam

Betapa tidak jika dianalogikan, seseorang yang mengendarai kendaraan umum seperti bis dan kereta api saja yang notabenenya hanya membutuhkan perjalanan dari rumah ke tempat pemberangkatan bis dan kereta api lalu duduk manis sepanjang perjalanan hingga tiba di terminal ataupun stasiun tujuan.  Mayoritas mengalami kelelahan mendalam bahkan banyak dari penumpang bis dan kereta memilih beristirahat sementara di stasiun ataupun terminal dan tidak langsung menuju ke kampung halaman. Selain itu penumpang pesawat yang notabenenya hanya membutuhkan waktu 2 hingga 5 jam tergantung jarak kota ada istilahjetlag atau masih pusing dan kelelahan akibat perjalanan.

Lantas bagaimana dengan pemudik dengan kendaraan bermotor? Pastinya jika dibandingkan dengan bis, kereta api atau pesawat sekalipun, sudah jelas pemudik yang mengguanakan motor sangat lebih lelah. Betapa tidak pemudik harus menanggung beban dirinya dan barang-barang serta berdiri tegap selama perjalanan tanpa adanya sandaran badan dan sandaran kaki. jika dianalogikan pemudik melakukan perjalanan dari Jakarta menuju semarang dengan jarak kurang lebih 1000 km maka dengan kecepatan aman dan ideal sekitar 50km/jam (menurut otoasia.com). Maka pemudik tersebut membutuhkan waktu sekiranya 20 jam ditambah dengan istirahat yang mungkin sekitar 8 jam. Jika diakumulasikan maka pemudik tersebut membutuhkan waktu 28 jam jika tanpa macet dan halangan seperti ban bocor, mesin ngadat, cuaca hujan hingga kondisi tubuh pemudik fit. Bayangkan tubuh seorang pemudik harus menahan terpaan angin dari depan selama 20 jam perjalanan. Hal tersebut jelas dapat menimbulkan kelelahan mendalam akibat kondisi badan yang tidak fit bagi pemudik (menurut riset oleh Bambang Wispriono Phd Dosen Kesehatan Masyarakat UI) sehingga dikhawatirkan mengangu silaturahmi kepada sanak saudara yang ada bahkan jeleknya pemudik bisa jatuh sakit ketika berada  di kampung halaman. Apalagi pemudik yang membawa anak ketika mudik akan berakibat buruk bahkan berdampak buruk bagi kondisi tubuh anak hingga dewasa.

  • Berdampak terkena berbagai penyakit

Dari analogi perjalanan mudik pada point pertama sudah sangat jelas bahwa mudik dengan mengendarai motor berakibat buruk bagi kesehatan dan kelelahan yang mendalam. Selain itu jika melakukan perjalanan selama itu tidak hanya angin seperti suhu tubuh menjadi drop atau turun. Dikarenakan pada umumnya suhu tubuh normal manusia berkisar antara 35-36 derajat celcius namun jika dibawah itu maka secara otomatis tubuh mensuplai lebih banyak darah ke dada. Sehingga apabila dilakukan terus menerus maka akan terjadi penumpukan cairan di organ paru-paru yang berakibat infeksi saluran pernapasan. Tidak hanya itu dampak lain adalah polusi udara, partikel bahan kimi seperti asap dari kendaraan bermotor (motor, mobil, bis dan Truk). Dimana didalam asap-asap tersebut terdapat kandungan SO2, NO2 dan CO2 yang nantinya dapat berakibat mual, pusing hingga tubuh dapat kekurangan gas O2. Sehingga dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru. Selain itu penyakit paru-paru basah, TBC atau ganguan sistem pernapasan serta ISPA, Bronkitis menjadi penyakit utama. Berbeda ketika mudik dengan kendaraan bis, kereta api ataupun mobil penyakit seperti itu amat jarang terjadi dan mudik selamat hingga tujuan.

  • Berakibat kematian

Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto menyatakan bahwa pada tahun 2015 lalu sekitar 122 jiwa yang mengedarai motor meninggal. Penyebabnya dikarenakan penerangan dan daya konsentrasi pengendara.

mudik-2015-09-57837af66f7a61381d4b4847.jpg
mudik-2015-09-57837af66f7a61381d4b4847.jpg
  • Biaya mahal

Sebagian orang mengira mudik dengan mengendarai kendaraan pribadi khususnya motor hanya membutuhkan biaya yang murah. Karena mayoritas orang hanya menghitung jumlah bensin yang dikeluarkan Namun jika dirincikan sejatinya biaya yang dikeluarkan tidak jauh berbeda bahkan tergolong lebih mahal.  

  • Perhitungan harus dimulai dari biaya persiapan mudik dengan kendaraan bermotor, mayoritas pemudik biasanya mengecek dan memperbaiki kendaraan mereka dan membutuhkan biaya yang cukup mahal apalagi notabenenya motor tersebut digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Jika diestimasikan  pemudik membutuhkan biaya 1 juta rupiah untuk pengecekan dan perbaikan dari mesin, busi hingga ban serta lampu.
  • Selain itu para pemudik motor harus mempersiapkan masker, jaket serta jas hujan untuk perjalanan yang membutuhkan biaya yang lumayan mahal sekitar 200 ribu rupiah per orang. Jika terdapat 4 orang pemudik maka membutuhkan sekitar 800 ribu rupiah.
  • Bahkan ketika sudah melakukan perjalanan sejatinya membutuhkan biaya yang lebih mahal khususnya untuk minum dan makan ketika istirahat. Sebagaimana dihimbau oleh kementrian perhubungan bahwa untuk mudik selamat dengan motor harus beristirahat selama 2,5 jam sekali. Jika merujuk analogi perjalanan mudik dari Jakarta-semarang maka pemudik motor harus melakukan istirahat sebanyak 8 kali. Jika setiap istirahat mengeluarkan dana sebanyak 100 ribu rupiah (karena biasanya tempat peristirahatan harga makanan dan minuman sangat mahal)  maka pemudik harus merogoh kocek sebanyak 800 ribu rupiah.
  • Biaya menggunakan wc umum juga dapat menambah daftar biaya perjalanan. Betapa tidak  ketika 8 kali istirahat maka dibutuhkan biaya sekitar 64 ribu rupiah dengan rincian 4 pemudik yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 anak serta @2000 rupiah setiap kali ke wc umum.
  • Biaya obat dan P3K, dalam perjalanan biasanya untuk menjaga kondisi fit tubuh para pemudik kendaraan bemotor mempersiapkan seperti minyak angin, minyak telon, salonpas, betadine, perban dll. Jika diakumulasikan sekitar 100 ribu rupiah.
  • Alat-alat pendukung seperti senter, kunci-kunci serta obeng, ban dalam serep juga tidak kalah penting dan membutuhkan biaya sekitar 200 riburupiah.

Maka hal-hal yang rinci tersebut jika diakumulasikan sangat besar (1 juta rupiah+800 ribu rupiah + 800 ribu rupiah + 64 ribu rupiah + 100 ribu rupiah + 200 ribu rupiah = 2.964.000 rupiahatau dibulatkan sekitar 3 juta rupiah. Angka yang fantastis bukan? Belum lagi biaya perjalanan pulang.

  • Daerah tujuan menjadi sesak dan penuh dengan polusi udara

Jika banyaknya pemudik menggunakan kendaraan bermotor maka akan berakibat kemacetan di daerah tujuan mudik sehingga berakibat polusi udara yang menumpuk. Udara tercemar dapat terdistorsi bila tertiup angina dengan kecepatan lebih dari 5 knot alias 9,26 km/jam. Buruknya lagi biasaya daerah tujuan (desa) pemudik banyak tempat terbuka sehingga konsentrai polusi semakin tercemar keseluruh wilayah. Menurut Budi Haryanto dari pengamat lingkungan Universitas Indonesia “ penelitian polusi udara dari emisi kendaraan disebabkan oleh kemacetan, bila kendaraan melaju di bawah 25 km/jam maka emisi yang dikeluarkan akan semakin besar dan menambah tingkat polusi udara. Hal ini dapat berakibat buruk bagi pemudik dan masyarakt desa tujuan pemudik alih-alih menyambung kebaikan dan silaturahim justru menyambung penyakit.

Oleh karena itu jika ingin melakukan mudik dengan kendaraan bermotor maka perlu persiapan yang matang dan lebih baik dipikirkan kembali. Karena saat ini sudah banyak mudik gratis bagi pengemudi motor, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Puji Hartanto mengatakan bahwa realisasi jumlah individu dan sepeda motor yang terangkut melalui program mudik gratis Kementerian Perhubungan pada Lebaran kali ini adalah 114.159 orang dan 3.551 sepeda motor. Sedangkan program serupa yang diadakan oleh BUMN dan pihak swasta telah mengangkut 33.759 orang dan 998 sepeda motor. Belum cukup itu, PT Kereta Api Indonesia (persero) juga menyediakan angkutan motor pada Lebaran kali ini dan telah mengangkut 12.011 sepeda motor. Secara total, lanjut Puji, program mudik gratis telah mengangkut 147.958 orang dan 4.549 sepeda motor. Ia berharap tahun depan semakin banyak lagi pihak yang mau terlibat untuk mengadakan program mudik gratis. Maka masih mau mudik dengan motor? Mudik selamat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun