Mohon tunggu...
iqbal fadli muhammad
iqbal fadli muhammad Mohon Tunggu... proletar -

peneliti & digital nomad

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

THR Rp10.000 buat Santri Gontor, Ketika Manusia Berucap Syukur

29 Juni 2016   22:38 Diperbarui: 30 Juni 2016   20:11 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2 Uang kertas berlogo pahlawan nasional tuanku Imam Bonjol selalu mengingatkan mengenai kenangan yang lama tersimpan ketika masih menimba ilmu di Pesantren Gontor. Tepatnya tahun 2009, kala itu duduk di kelas V KMI atau setara kelas 2 Madrasah Aliyah adalah momentum di mana tidak merasakan lebaran bersama keluarga besar untuk pertama kalinya sepanjang hidup. 

Peraturan di Gontor menetapkan bahwa santri kelas V KMI diwajibkan untuk mukim atau menetap selama Ramadhan di pondok dikarenakan menunggu pengumuman kelulusan dan menjaga pondok (dikarenakan seluruh santri sedang liburan akhir untuk semester genap). 

Sepi, sunyi dan hampa adalah rasa yang timbul ketika pertama kali Ramadhan tiba. Membersihkan gedung, jalanan pondok hingga mengecat bangunan menjadi agenda rutinitas pagi hingga siang hari.

Agenda rutin lain seperti tahsin qiroah dan musayawarah kerja organisasi menjadi agenda utama yang tidak kalah penting pada beberapa hari ramadhan. Selain itu menjadi petugas ronda pondok atau jaga malam adalah rutinitas yang tidak dapat ditolak bahkan pada ramadhan setiap dari santri mendapatkan jatah 2 hingga 3 kali.

Ramadhan yang berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun lalu menjadi kenangan tak terlupakan hingga akhirnya tibalah saat lebaran tiba. Seluruh santri sibuk dengan berbagai aktivitas seperti membantu dalam melayani tamu di rumah pimpinan pondok serta Kyai senior hingga menyiapkan persiapan guna sholat ied serta untuk penyambutan santri baru ketika permulaan syawal. Suasana gemuruh takbir sepanjang malam terus menggema menjadi saksi bisu setiap santri yang mukim kala itu. 

Beberapa santri yang berasal daerah yang sama berkumpul bersama di sudut-sudut pondok berbagi cerita dan rindu. Mulai dari cerita makanan khas pada setiap keluarga hingga obrolan mengenai THR (Tunjangan Hari Raya) atau uang yang diterima ketika lebaran. 

Obrolan pun menjadi mengkerucut mengenai THR, apakah santri mendapatkan THR? Lantas siapa yang memberi THR? Kyai kah ? diskusi tanpa hasil pun berakhir dikarenakan ada instruksi dari Ustadz Pengasuhan Santri untuk seluruh santri berkumpul di Masjid guna briefing acara sholat Ied untuk esok hari.  

Pagi kala lebaran tiba amat berbeda, kabut tipis seakan bersembunyi di bawah sinar matahari. 1000 santri memadati lapangan depan masjid Jami Gontor bersama ratusan masyarakat sekitar pondok. 

Alunan Takbir, Tasbih hingga Tahmid bersua menyemarakan hari kemenangan walaupun ada beberapa wajah murung seakan memupuk rasa kangen dan sedih karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga. Sholat dipimpin oleh pimpinan pondok Gontor dengan penuh khidmat dan diakhiri dengan khutbah Ied. 

Suasana riuh dan ramai seketika hadir usai sholat Ied, agenda salam-salaman menjadi momentum guna menghilangkan rasa rindu atas keluarga di rumah. Namun seketika 1000 santri dikagetkan dengan pengumuman untuk berkumpul di masjid lantai 2 guna halal bihalal dengan seluruh civitas keluarga pondok. 

Suasana masih saja gaduh hingga pimpinan pondok tiba dan memberikan tausiyah dan motivasi kepada para santri. Sesaat ketika itu, beberapa santri dari takmir masjid berjalan mengelilingi shaff para santri dan membagikan 2 lembar uang bergambar tuanku Imam Bonjol baru*( karena masih mulus dan bersih dengan nomer seri yang beururutan). Kejadian tersebut sempat mengegerkan seluruh santri dan kami mengatakan ini adalah THR (Tunjangan Hari Raya) dari Kyai Gontor.

Hanya tangis bahagia serta menjadi kenangan bahwa bukti pernah mukim dan merasakan lebaran di gontor.  Usai perkumpulan tersebut tranding topic adalah ingin diapakan 2 uang @ Rp 5.000 ? memang jika dianalogikan begitu kecil nilai yang terkandung namun maknalah yang berbicara. Alhasil banyak santri tidak menggunakan uang itu untuk jajan namun diabadikan dengan di laminating bahkan di muat dalam figura seakan menandakan bahwa akan menjadi kenangan. 

Rasa syukur yang mendalam adalah modal kuat. Betapa tidak jika ditarik ke masa sekarang uang dengan nominal Rp 10.000 rasanya tidak berguna serta sangat kurang sekali. Hal lain adalah uang tersebut adalah pemberian Kyai Pimpinan Pondok yang notabenenya adalah guru para santri. 

Di mana pada umumnya santri seharusnya memberikan hadiah kepada Kyai nya namun kala itu sebaliknya yaitu Kyai memberikan hadiah untuk santrinya. Momentum itulah yang menjadi filosofi THR Lebaran bagi para santri Gontor.

Hal ini justru berbanding terbalik ketika banyak orang mendapatkan gaji ke 13 hingga gaji ke 14 namun seketika habis dan merasa kurang sekali. Solusinya adalah syukuri apa yang ada dan janganlah berlebih-lebihan serta buatlah perencanaan karena pada tabiatnya manusia adalah mahluk yang tergesa-gesa (Quran surat Taubah 37). Pada akhirnya maknai hidup ini dengan syukur dan rencanakan untuk hidup yang lebih baik. Thanks Gontor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun