Hanya tangis bahagia serta menjadi kenangan bahwa bukti pernah mukim dan merasakan lebaran di gontor. Â Usai perkumpulan tersebut tranding topic adalah ingin diapakan 2 uang @ Rp 5.000 ? memang jika dianalogikan begitu kecil nilai yang terkandung namun maknalah yang berbicara. Alhasil banyak santri tidak menggunakan uang itu untuk jajan namun diabadikan dengan di laminating bahkan di muat dalam figura seakan menandakan bahwa akan menjadi kenangan.Â
Rasa syukur yang mendalam adalah modal kuat. Betapa tidak jika ditarik ke masa sekarang uang dengan nominal Rp 10.000 rasanya tidak berguna serta sangat kurang sekali. Hal lain adalah uang tersebut adalah pemberian Kyai Pimpinan Pondok yang notabenenya adalah guru para santri.Â
Di mana pada umumnya santri seharusnya memberikan hadiah kepada Kyai nya namun kala itu sebaliknya yaitu Kyai memberikan hadiah untuk santrinya. Momentum itulah yang menjadi filosofi THR Lebaran bagi para santri Gontor.
Hal ini justru berbanding terbalik ketika banyak orang mendapatkan gaji ke 13 hingga gaji ke 14 namun seketika habis dan merasa kurang sekali. Solusinya adalah syukuri apa yang ada dan janganlah berlebih-lebihan serta buatlah perencanaan karena pada tabiatnya manusia adalah mahluk yang tergesa-gesa (Quran surat Taubah 37). Pada akhirnya maknai hidup ini dengan syukur dan rencanakan untuk hidup yang lebih baik. Thanks Gontor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H