Mohon tunggu...
iqbal fadli muhammad
iqbal fadli muhammad Mohon Tunggu... proletar -

peneliti & digital nomad

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

15 Tragedi dalam 1.440 Menit Terjebak Bersama Suku Baduy #2

3 April 2016   11:23 Diperbarui: 3 April 2016   11:37 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dokumentasi Pribadi"][/caption]5. Tragedi Urban ala Baduy

Memasuki wilayah suku Baduy Luar, seakan melihat integrasi kaum urban Baduy Dalam.Mengapa demkian? Karena suku Baduy Luar telah banyak membaur dan turut menggunakanteknologi modern semisal model rumah yang hampir sama dengan standar rumah nasional, walaupun tetap menggunakan kayu, bambu dan atap jeramidan peralatan rumah tangga yang digunakan juga sudah modern. Hal lain yang membedakan adalah dari segi pakaian, para kaum laki-lakiBaduy Luar menggunakan warna hitam dengan ikat kepala biru tua, yang menandakan bahwa mereka tidak suci alias tidak sama dengan Baduy Dalam. Bahkan terkadang  mengenakan pakaian pada umumnya seperti kaos, celana jeans dan alas kaki.Prinsip larangan menaiki kendaraan juga menjadipembeda antara suku Baduy Dalam dan sukuBaduy Luar, dimana adanya larangan bagi suku Baduy Dalam untuk bepergian menaiki kendaraan.Hadirnya rumah-rumah di kawasan Baduy Luar yang berjejer menjual cinderamata khas Baduy berupa kain tenun, baju, dan souvenir lainnya juga merupakan perbedaan yang mencolok diantara suku Baduy Luar dan suku Baduy Dalam.

6. Tragedi Imitasi Gunung

[caption caption="Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]Perjalanan yang panjang menjadi tantangan tersendiri bagi kami semua ketika mulai keluar dari perkampungan Baduy Luar. Ladang yang berjejar rapi menjadi pemandangan utama serta dibarengi dengan bukit yang tidak ada habisnya  bagaikan imitasi beberapa gunung yang harus dilalui.Selain itu kami melewati banyak gubuk-gubuk kecil disepanjang ladang milik perkampungan Baduy Dalam.Hal ini dikarenakan mata pecaharian utama suku Baduy Dalam adalah bertani, berkebun umbi-umbian dan buah-buahan hingga mengumpulkan madu.

Uniknya, para orang tua suku Baduy Dalam selalu mengajak anak-anak mereka pergi ke sawah atau kebun yang sedang mereka garap.Hal yang sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi masa sekarang, dimana anak-anak yang hidup di perkotaan maupun di perdesaan selalu disibukkan dengan gadjet yang diberikan oleh orang tua mereka.Jarang sekali terjadi interaksi langsung antara orang tua dan anak-anak pada umumnya baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kebanyakan para orang tua sangat sibuk bekerja menjadi karyawan, pebisnis, atau CEO perusahaan, sedangkan anak-anak disibukkan dengan belajar dan terus belajar menghabiskan setengah jatah hidupnya di sekolah dan waktu luang yang mereka punya disibukkan dengan interaksi ‘dunia maya’ melalui social media atau pesan singkat yang ditulis di grup keluarga, tentunya hal ini berlangsung hanya dengan gadjet, bukan interaksi langsung yang terjadi di dunia nyata. 

Selain itu, anak-anak suku Baduy Dalam tentulah tumbuh dengan kondisi fisik yang bagus, betapa tidak jika setiap hari mereka bergerak dan beraktifitas dengan teratur.Coba bandingkan dengan anak-anak sekarang pada umumnya, semua aktifitas dilakukan dengan diantar jemput mobil/motor, bahkan bermainpun tidak lagi dilakukan di luar rumah.Wajarlah jika anak-anak sekarang pada umumnya mudah terserang penyakit.

7.       Tragedi “ Suku Baduy duta pangan Indonesia”

[caption caption="Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]Menjaga kearifan lokal merupakan daya tarik suku Baduy Dalam, diantaranya adalah padi.Sepanjang perjalanan saya melihat banyak bangunan yang mulanya saya mengira ini rumah adat suku Baduy Dalam. Ternyata, bangunan tersebut bukan perumahan adat melainkan lumbung alias tempat penyimpanan padi.Konon, menurut masyarakat Baduy Dalam padi tersebut dapat tersimpan secara apik hingga puluhan tahun. Ciri khas padi hasil cocok tanam masyarakat Baduy berbeda dengan padi yang dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya. Saya beranggapan adanya pengaruh cara bercocok tanam masyarakat Baduy Dalam yang khas yaitu tidak membajak untuk membuat tanah menjadi gembur dan juga tidak membuat sengkedan untuk pengairan. Unsur alami amat ditekankan oleh suku Baduy, prinsip mereka“Biarkan alam bekerja dengan siklusnya, tugas kita hanya menjaga kelestariannya”.

8.       Tragedi jembatan misteri

Sebuah jembatan berbahan bambu yang tersusun secara rapi dan memiliki unsur seni yang tinggi, seakan-akan ada arsitek yang merancangnya berdiri kokoh di depan perumahan suku Baduy Dalam. Itulah yang menjadi keunikan suku Baduy Dalam, nalar mereka bekerja untuk dapat bertahan hidup dan mengolah kekayaan alam menjadi bermanfaat dan indah di pandang mata.Jembatan ini juga menjadi pembatas dan penanda bahwa sejatinya sudah memasuki wilayah Baduy Dalam.Tidak ada potret yang dilakukan dengan alat apapun dan tidak ada bahan-bahan kimia yang boleh di konsumsi saat sudah memasuki wilayah ini. Menjaga lingkungan agar tidak tercemar menjadi aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi bagi para tamu yang datang ke wilayah suku Baduy Pedalaman.

9.       Tragedi pedangan kaki lima ala Baduy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun