2020-2022: Kembali menjadi Basis, yang menunjukkan pemulihan dan peningkatan produksi hingga kembali menjadi komoditas yang diunggulkan.
- Jeruk Siam
2018-2020: Status Non-Basis, produksi jeruk siam tidak unggul di wilayah ini.
2021: Status menjadi Basis, menandakan jeruk siam mulai menjadi komoditas yang lebih diutamakan.
2022: Kembali menjadi Non-Basis, menunjukkan penurunan produksi atau prioritas dalam komoditas ini.
- Pisang
2018-2019: Status Basis, menunjukkan pisang menjadi salah satu komoditas unggulan.
2020: Status Non-Basis, menunjukkan produksi pisang menurun dan tidak lagi diunggulkan.
2021-2022: Kembali menjadi Basis, menunjukkan adanya peningkatan produksi pisang di dua tahun terakhir.
Berdasarkan analisis LQ (Location Quotient) produksi tanaman sayuran dan buah-buahan di Kecamatan Banjarmasin Selatan selama 2018-2022, terlihat bahwa Petsai/Sawi merupakan komoditas unggulan yang stabil sebagai Basis setiap tahun. Sementara itu, Kangkung dan Bayam mengalami fluktuasi, di mana kangkung hanya menjadi unggulan pada 2021-2022 setelah sebelumnya Non-Basis, dan bayam sempat menjadi non-basis pada 2019 namun kembali unggul pada 2020-2022. Di sektor buah, Pisang memiliki performa yang cukup baik dengan status Basis pada sebagian besar tahun, meski sempat turun menjadi Non-Basis pada 2020, sedangkan Jeruk Siam hanya unggul pada 2021 dan kembali turun pada 2022.Data ini menunjukkan dinamika produksi pertanian di wilayah tersebut, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi iklim, permintaan pasar, dan praktik pertanian setempat.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Rosalina Kumalawati S.Si., M.Si, dosen pengampu mata kuliah Geografi Ekonomi, karena telah memberikan waktu dan kesempatan kepada saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H