Mohon tunggu...
Iqbal Djawad
Iqbal Djawad Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar

Ph.D di Bidang Aquatic Animal Physiology, Hiroshima University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Arti Sebuah Komunikasi

12 Maret 2020   12:50 Diperbarui: 12 Maret 2020   12:53 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua contoh di atas memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan bagian dari budaya. Tidak ada kebijakan tertulis tetapi perilaku-perilaku nya tertanam dengan baik. Mungkin itulah sebabnya Jepang terkenal dengan pendidikan yang berbasis kebiasaan bukan hafalan sebagaimana tujuan dari pendidikan di Jepang, yaitu mempertajam pikiran, memperhalus perasaan dan menumbuh kembangkan kebijakan.

Dalam konteks yang sama, di Amerika dengan kebebasan belajar ala Cowboy nya, apabila kita melihat secara sepintas seperti akan ada chaos karena sangat bebas, tetapi ternyata tidak karena di dalam kebebasan ada keteraturan yang luar biasa dan ada aura kreatifitas yang tinggi di dalamnya. Kehadiran fisik tidak wajib dinarasikan dalam sebuah kebijakan, tetapi budayalah yang membuat mereka menjadi "pemenang".

Di jaman kekinian, kita sudah terdistrupsi oleh teknologi yang "memaksa" kita untuk berdamai dengannya. Kita "dipaksa" untuk tidak kembali ke jaman yang jauh berbeda dengan jaman sekarang. Yang mungkin kita bisa lakukan adalah meng improve contentpembelajaran dan mengasah kreatifitas dimanapun kita berada untuk memberikan yang terbaik ke para mahasiswa kita dengan membangun komunikasi yang baik melalui saluran-saluran komunikasi yang beragam adanya. Inipun terasa belum cukup setelah membaca Headline Harvard Business Review dua hari lalu yang menyatakan,

"You can't change a company until you change its culture. Leaders focus too much on changing policies, and not enough on changing minds".

Ternyata perjalanan masih panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun