Kebangkitan Renaissance juga membangkitkan semangat orang-orang Barat untuk lebih mengeksplor lebih jauh alam semesta, sehingga mereka mulai berpikir lebih jauh bagaimana mereka bisa mengetahui seisi semesta ini. Sedangkan umat Islam masih merasa hidup di Abad Pertengahan, ketika mereka mampu menaklukkan negara-negara Kristen pada Daulah Umayyah. Nostalgia inilah yang membuat Islam semakin terpuruk saat ini.*
Pemikiran modern Barat ini memunculkan berbagai macam sikap kaum Muslim dalam menghadapi globalisasi ini, yakni
- Islam Radikalisme :Islam ini cenderung memerangi bentuk kemodernan saat ini, penganut aliran radikal cenderung budaya modern adalah bid’ah dan fasik.
- Islam Modern : Golongan ini cenderung lebih menerima bentuk kemodernan namun terlalu terbuka dalam menerimanya, sehingga mengikis pemahaman Islam seseorang.
- Islam Tradisional : Golongan ini lebih memilih mempertahankan tradisi Islam (Sunnah) yang dikembangkan sejak masa lampau sebagai benteng menghadapi gempuran globalisasi dan modernisasi dunia. Golongan ini biasa disebut ahlussunnah wal jama’ah.
Dari sejarah di atas, kita bisa melihat bahwa dari segi sejarah bahwa kondisi Islam sekarang berbeda dengan kondisi di negara Barat. Bisa kita lihat bahwa di negara-negara Islam banyak terjadi peperangan dan konflik yang membuat mereka semakin terpuruk, gelombang pengungsi berlarian menuju Eropa demi kehidupan lebih baik dengan mempertaruhkan nyawa dan mungkin juga iman. Sebagai umat Islam yang masih dapat mensyukuri kedamaian yang ada di tanah air, kita harus menyikapi diri dengan mengubah pola pikir kita meski tidak sepenuhnya kebarat-baratan. Kita tetap berpegang pada Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup, berpikir maju sehingga secara tidak langsung kita berkontribusi terhadap kemajuan bangsa dan umat Islam pada umumnya serta turut serta dalam menjaga kelestarian bumi ini.
Referensi (Untuk Peristiwa Sejarah):
Modul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah kelas IX, KKMTs 01 Jepara, Jawa Tengah.
*Revisi 13 Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H