Kalau kita memang merdeka, kenapa nasib petani belum juga sejahtera? Kenapa korupsi dapat remisi dan narkotika dihukum mati? Kenapa kita selalu benci dengan sesuatu yang tidak kita pahami? Jika memang kita menganut Bhineka Tunggal Ika, kenapa kita harus memaksakan semaunya satu warna, kenapa? Terlalu banyak pertanyaan, terlalu sedikit yang mencari jawaban. Para ahli agama mabuk dalam peran mereka sebagai Tuhan. Politisi menjadi pecandu narkoba bernama kekuasaan. Dan kita larut dalam omong kosong persatuan, tapi menolak perbedaan.
Apa benar kita sudah merdeka? Karena rasanya kita masih menjadi budak. Budak kesombongan yang terlena oleh sejarah. Orang yang kita lihat di dalam kaca jelas masih terjajah. Tidak ada satupun yang bisa memerdekaan mereka, kecuali diri kita, merdeka.
"Demokrasi butuh perjuangan dan keberanian agar kebenaran dapat ditegakkan", Bandung, 11 Oktober 2020, atas nama cinta dan pengkhianatan.
Respect, Rebel Thought.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H