Sekali lagi berbicara tentang dunia pendidikan. Pendidikan sekarang ini terasa berat bagi siswanya, karena pelajaran yang begitu banyak dan begitu sulit. Karena kesulitan ini, banyak siswa yang cenderung untuk memilih jalan pintas dengan cara melakukan hal-hal yang tidak benar, semacam membuat contekan, mencontek, membuka buku waktu ulangan, bekerjasama. (Golongan pragmatis)
Memang tujuan dari pelajaran yang amat sulit itu untuk membuat siswa menjadi pintar. Pintar ilmu pengetahuan tapi “memaksa” siswa untuk menjadi tak pintar kepribadianya. Ibarat tes SIM, sangat sulit tes prakteknya, sehingga banyak yang memilih “jalan pintas”. Begitupula dengan siswa, banyak yang memilih “jalan pintas”, supaya gampang.
Diantara siswa golongan pragmatis (hanya untuk kepentingan sesaat) ada kelompok siswa idealis, yang tetap mempertahankan nilai-nilai kejujuran, keluhuran budi, dan kemampuan diri. Mereka kadang hancur karena kejujurannya, kadang kalah karena idealismenya, tapi kepada mereka sebenarnya tidaklah kalah, tidaklah hancur. Mereka sebenarnya sedang membentuk karakter diri untuk masa depan, mereka menganggap bahwa,”ini baru tingkat sekolah yang kecil, yang pangkat jabatnya belum ada, kalau sudah di kehidupan nyata akan lebih berat, makanya kami perlu membentengi diri sejak dini”
Itulah ungkapan dalam hati seorang idealis. Memang kejujuran tak masuk dalam rapor guru, tapi masuk dalam rapor Allah. Sekarang siswa idealis lebih banyak kalahnya, tetapi besok pasti akan menang!
Terlebih lagi, biasanya siswa pragmatis itu bermental, maaf, pegawai. Bunyinya begini,”Sekolah cari nilai, kuliah, wisuda, cari kerja, menikah (berkeluarga), naik pangkat dan jabat”, tetapi yang seperti ini biasanya menjadi pegawai sampai pensiun, paling top ya jadi kepala dinas.
Sementara siswa yang idealis bermental merdeka! Bunyinya begini,” Sekolah cari ilmu, kuliah untuk bekal masa depan, wisuda, mengembangkan usaha, berani bertempur dalam hidup, menikah(berkeluarga), membesarkan usaha sambil membangun masyarakat, naik pangkat dan jabat di hadapan Allah”, yang seperti ini akan berkarya sampai mati tak ada kata pensiun, biasanya bisa mencapai level eksekutif, paling mantap ya presiden, atau sedikit rendah ya menteri, atau minimal menjadi tokoh dan panutan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H