Mohon tunggu...
Iqbal Alfajri
Iqbal Alfajri Mohon Tunggu... Desainer - Filmmaker

Saya adalah seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-jalan di Musim Pemilu 2024 (6)

21 Februari 2024   10:31 Diperbarui: 22 Februari 2024   05:37 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpose di depan Masjid Gedhe Kauman Keraton Yogyakarta (Dok. pribadi)

Walaupun sudah beberapa kali ke Yogya, kami belum berkesempatan untuk mengunjungi Keraton Yogyakarta atau Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dengan berjalan kaki dari penginapan, kami memilih rute melalui Alun-alun Kidul atau bagian belakang Keraton. Wilayah pedestrian dari penginapan kami ke Alun-alun Kidul cukup nyaman untuk pejalan kaki. Lalu lintas Yogya di pagi itu belum terlalu padat.

Suasana pagi di Yogya sangat cocok untuk berjalan kaki (Dok. pribadi)
Suasana pagi di Yogya sangat cocok untuk berjalan kaki (Dok. pribadi)
Alun-alun Kidul atau sering disebut Alkid termasuk salah satu tempat wisata Yogya yang selalu ramai saat malam hari. Halaman belakang keraton ini menyimpan banyak keseruan dan mitos yang membuatnya menarik untuk dikunjungi. Kita bisa mencoba berbagai macam wisata kuliner Yogya yang lezat hingga permainan tradisional yang sudah cukup sulit ditemukan saat berada di tempat ini.  Karena kami berkunjung di pagi hari, Alkid masih sepi.  Hanya terlihat beberapa orang sedang berolahraga.

Berpose di Alun-alun Kidul Yogyakarta (Dok. pribadi)
Berpose di Alun-alun Kidul Yogyakarta (Dok. pribadi)

Tak berlama-lama di Alkid, kami segera mencari jalan menuju gerbang keraton. Kami menargetkan bisa masuk keraton seawal mungkin agar bisa mengunjungi destinasi lain di sekitar keraton. Karena selepas tengah hari kami harus segera bertolak ke Solo.

Dengan mengikuti instruksi dari google map kami diarahkan ke jalan masuk di bagian belakang keraton. Awalnya kami ragu mengikuti instruksi google map karena jalan yang kami lewati begitu sepi. Kami khawatir memasuki daerah yang terlarang untuk umum. Apalagi setelah kami memasuki sebuah gerbang yang menghubungkan kami dengan tempat latihan memanah para prajurit keraton, perasaan kami semakin was-was. Khawatir kami akan ditegur dan disuruh putar balik. Syukurnya hal itu tak terjadi.

Berjalan santai mengikuti instruksi google map menuju gerbang depan keraton (Dok. pribadi)
Berjalan santai mengikuti instruksi google map menuju gerbang depan keraton (Dok. pribadi)

Ternyata rute yang diinstruksikan google map itu berhasil memperpendek jarak kami menuju gerbang depan keraton. Kami sampai di tempat pembelian tiket saat pengunjung baru saja dipersilakan masuk. Kami pun ikut mengantri. Karena hari libur, pengunjung didominasi oleh para pelajar yang melaksanakan study tour. Banyak juga wisatawan manca negara yang sudah datang.

Keraton Yogyakarta  adalah salah satu kerajaan yang masih bertahan hingga saat ini. Tak hanya sisi budayanya saja yang tetap eksis, struktur pemerintahan kerajaan juga tetap utuh dari dulu hingga kini. Sultan memiliki peranan penting dalam kehidupan kraton dalam mengayomi masyarakat, tak heran jika kemudian raja yang tengah bertahta juga dinobatkan sebagai gubernur daerah ini seperti tertuang dalam Undang-undang Keistimewaan.

Keraton Yogyakarta memiliki lambang atau simbol kerajaan yang dijunjung tinggi masyarakat Mataram. Simbol tersebut sarat akan makna serta filosofi yang membawa pada kesejahteraan dan kejayaan kraton. Lambang tersebut dikenal dengan nama Praja Cihna. Praja Cihna dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berasal dari bahasa Sansekerta. Praja berarti abdi negara, sedang Cihna berarti sifat sejati. Secara harfiah Praja Cihna bermakna sifat sejati seorang abdi negara.

Berpose di lambang Praja Cihna sebelum masuk ke kompleks keraton.
Berpose di lambang Praja Cihna sebelum masuk ke kompleks keraton.
Luas Keraton Yogyakarta adalah 14.000 meter persegi. Didalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya serta abdi dalem keraton. 

Keraton sebagai komplek kegiatan budaya dan tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono dan keluarganya, tidak semua terbuka untuk umum. Bentuk bangunan terpengaruh model dari Eropa (Portugis, Belanda) dan China. Arsitektur keraton dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sekaligus pendiri Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangunan pokok dan desain  dasar tata ruang dari keraton dan desain dasar lasnkap kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun  1755-1756.

Menyaksikan koleksi di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.
Menyaksikan koleksi di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.

Setelah mengunjungi keraton, kami menyempatkan diri untuk singgah ke Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat aneka kereta kuno milik Keraton Yogyakarta, mulai dari masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono pertama hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Museum tersebut menyimpan 23 koleksi kereta kuda, lengkap dengan pelbagai peralatan dasar kuda dan kereta. Dari jumlah itu, terdapat 18 kereta yang masih digunakan untuk upacara-upacara kebesaran keraton. Selain kereta kuda dan perlengkapannya, ada pula patung kuda di sana. 

Selain dari sisi sejarah, museum yang juga disebut unit Wahanarata ini juga mengedepankan sisi teknologi. Terdapat tiga fasilitas yang bisa dicoba pengunjung, di antaranya augmented reality photobooth, Catch and Run Games, dan Come to Life.  Melalui ketiganya, pengunjung bisa berinteraksi dengan berbagai elemen budaya di museum, baik secara individu maupun bersama-sama.

Salah satu koleksi kereta yang ada di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.
Salah satu koleksi kereta yang ada di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.

Setelah puas berkeliling museum, akhirnya kami memutuskan untuk segera kembali ke penginapan. Sambil menunggu taksi online kami sempatkan singgah ke Masjid Gedhe Kauman Keraton Yogyakarta.  Saat itu masjid masih sepi karena waktu shalat masih agak lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun