Mohon tunggu...
Achmad Iqbal
Achmad Iqbal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen disalah satu kampus swasta di Banyuwangi

Menulis adalah cara bertahan hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebih Dulu Mana, Smart City atau Smart Citizen?

4 Agustus 2020   06:55 Diperbarui: 4 Agustus 2020   06:56 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika condong ke TDM, maka munculah kota dengan fasilitasnya yang serba modern namun tak mampu merubah kualitas hidup masyarakatnya. Pun jika condong ke HDM, maka terciptalah masyarakat yang cuma pintar ber teori namun nihil aksi. Mengingat tujuan besar dan keberlanjutan dari konsep smart city, harusnya pengembangannya dilakukan secara seimbang dan bertahap. 

Pendekatan Integrated Driven Method (IDM) dapat menjadi solusinya. Melalui pendekatan ini, teknologi dan sumberdaya manusia memiliki porsi seimbang dalam hal peningkatannya. Dalam pendekatan IDM, terdapat beberapa tahapan.

Dokpri
Dokpri
IDM dikembangkan secara bertahap, yakni smart citizen, digital city, dan smart city. Pertama, Smart Citizen, dalam tahap ini, fokus pengembangan dilakukan dari aspek kualitas sumberdaya manusia. 

Dalam era revolusi industri 4.0 seperti saat ini, penguasaan teknologi dan literasi digital masyarakat (pemerintah maupun masyarakat secara luas) perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal yang tentu sudah menyesuaikan kurikulumnya dengan perkembangan.

 Selain lembaga-lembaga pendidikan, keterlibatan komunitas-komunitas yang memiliki visi dan misi selaras juga perlu dilakukan. Karena pengembangan masyarakat dengan keterlibatan komunitas akan lebih mengarah pada tujuan. 

Hal ini berbeda jika motor penggerak hanya diserahkan kepada instansi-instansi terkait yang tak jarang hanya berakhir jika “serapan anggaran” tercapai. Tahap pertama ini juga biacara mengenai infrastruktur yang harus disiapkan. 

Diantaranya, kurikulum pendidikan (termasuk sarana dan prasarana pendidikan), aspek legalitas (hukum), dan pihak-pihak yang dilibatkan, serta infrastruktur fisik. Terdapat hal krusial yang juga perlu diperhatikan, yakni dimensi etika dan agama. Dua hal ini yang dapat memperkokoh kualitas sumberdaya yang dibangun. Tanpanya, smart citizen hanya akan membawa manusia keluar dari ideologi bangsa dengan Ketuhanan sebagai hal yang pertama dan utama.

Kedua, Digital City.   Istilahnya mungkin mirip dengan smart city. Namun, digital city lebih fokus pada pembangunan infrasutruktur digital khususnya akses internet. Pembangunan digital city ditandai dengan penggunaan perangkat cerdas dikalangan masyarakat, akses internet dengan kecepatan tinggi, cloud computing, open data, sistem keamanan digital, sistem informasi digital. 

Ketiga adalah Smart city, konsep final yang merupakan wujud keberhasilan dari dua langkah sebelumnya. Pada level ini, kualitas dan infrastruktur digital/teknologi sudah dibangun sedemikian rupa sehingga mengarah pada pemanfaatan teknologi oleh masyarakat pada peningkatan kualitas hidup (Quality of Life/QoL). 

Sebut saja Amsterdam sebagai contohnya. Sebagai smart City pertama didunia. Kota yang mulai di klaim sebagai smart city dari tahun 1995 itu melakukan peningkatan QoL masyarakatnya bahkan sampai pada strategi penanggulangan polusi dan efisiensi penggunaan energi, tentu dengan memanafaatkan teknologi. Pada tahap Smart city, pemanfaatan teknologi sudah merambah pada segala aspek kehidupan. Sebagaimana Jepang menyebutnya sebagai “Society 5.0”.

Kembali lagi ke negara tercinta Indonesia, atau boleh lebih difokuskan pada tiap-tiap daerah di Indonesia (sebut saja daerah anda masing-masing). Label “smart city” seolah begitu mudah disematkan. Dengan wifi masuk desa saja, pemangku kepentingan sudah dengan gagahnya memplokamirkan dirinya “Pintar” (mengikuti pendekatan TDM). Kadang abai dengan dampaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun