Mohon tunggu...
Uuz
Uuz Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Jogotirto

Anak anak itu mencerminkan kita. Tak usah merubah cermin. Perbaiki diri kita. Maka apa yang tampak dicermin sesuai harapan kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nikmati Puasa, Jangan Kagetan

6 Juni 2016   14:57 Diperbarui: 6 Juni 2016   15:07 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipastikan Ini hari pertama puasa 1437 Hijriyah.

Metode penentuan awal bulan dengan cara hitung atau itu teknik pantau, Biarlah itu menjadi bahasan mereka mereka ahli perbintangan, ahli agama yang berkompeten, tokoh tokoh organisasi yang bertanggung jawab pada anggotanya. bagi saya, yang penting mari kita puasa. Kalau bisa awali dengan memaafkan siapa saja, masalah apa saja kepada siapa saja biar hati lapang, bukan malah di awali debat metode, bahkan menggunjing bahwa kelompok mereka benar kitalah yang salah, tanpa dasar pengetahuan memadai.

Eh tiba tiba untuk tahun ini kebetulan tanda alam mengkompakkan berbagai pendapat penentuan awal bulan tersebut. kita ikuti mana saja yang menurut kita paling pas terus nikmati saja puasa kita ini. Pelajaran pertama bulan puasa bahwa adanya kesamaan ternyata lebih mempererat persatuan. Terus apabila tahun tahun mendatang ternyata berbeda lagi itu bagaimana?  tidak apa apa, apanya yang salah? yah justru itu jadi pelajaran kedua bulan puasa, yaitu pelajaran toleransi dan menghormati pendapat orang lain. Kata berita, untuk kesamaan penentuan awal bulan puasa dan hari raya ini dalam delan tahun kedepan akan terjadi 6 kali dan akan beda sebanyak 2 kali.

Salah satu pendapat muslim di Medan malah sudah memulai pada hari sabtu 4 Juni ( 2 hari sebelum versi mainstream ), yah tidak apa apa, tak ada yang aneh. mereka juga pasti menetapkan tanggal permulaan itu dengan metode yang mereka yakini benar, dan bukan karena pertimbangan sekedar tampil beda apalagi cari sensasi, muslim lain harus menghormati dan menikmati itu. kita ndak bakal tahu yang puasa kita paling berkualitas

Mari nikmati saja puasa kita.

Tiap detik kita tunggu dan kita nantikan, yang saat bukan bulan puasa berlalu begitu saja. Walau mungkin masih tetep kita bunuh dengan tidur, namun tetep saja begitu perhatian dengan pergantian waktu. bedug azan maghrib begitu dinantikan, telinga begitu sensitif dengan sura yang begitu pelan. bangun tidur teratur dini hari menjadi keharusan, untuk apa lagi kalau bukan sahur, jangan sampai besoknya kelaparan. tuh kan paling tidak kita jadi dilatih disiplin waktu.

Warung makan tutup sementara saat siang hari itu pemiliknya pastilah bijaksana, artinya mungkin tidak ingin mengganggu orang yang berpuasa. Dahulu sering lihat berita, saat bulan puasa ada razia rumah makan yang buka siang hari oleh kelompok tertentu, ini layak jadi pelajaran ke tiga bulan puasa yaitu jangan cengenglah kalo berpuasa. justru disitu ujian kesabaran kita menahan hasrat di siang hari dengan banyaknya godaan. Semakin tahan godaan yang berat tentunya nilainya makin bagus. Bayangkan. sepanjang jalan yang di lalui ada makanan gurih sekaligus minuman sejuk menyegarkan namun tetap dengan sadar merasa inilah ujiannya. apalagi kata berita di Indonesia itu relatif pendek durasi puasanya cuma sekitar 12 jam beda jauh di banding negara lain macam jerman yang mencapai 18 jam. tuh kan jangan kagetan makanya

Puasa mengajarkan kejujuran itu jelas, namun lebih dari itu inti puasa rasanya kok agar muslim untuk semakin pro sosial dan mempunyai mental kaya. betapa tidak, nanti akhir bulan puasa tiap muslim yang masih bernyawa wajib mengeluarkan hartanya untuk berbagi lewat zakat fitrah. Mau dia kaya atau miskin, entah dia manula hingga bayi sekalipun harus berzakat. yang bayi di bayarkan orang tua, yang manula pikun dibayarkan anak anaknya, hingga seolah hampir mustahil ada orang miskin, karena semuanya orang berniat memberi. bahkan yang miskinpun diberi agar mampu memberi ke yang lain.

Tak perlu menyalahkan pemerintah kenapa tidak bisa menyatukan, tak perlu menghujat organisasi tertentu yang punya pendirian sendiri. tak usah merasa harus selalu bareng biar katanya lebih rame, lebih khusyuk, lebih kompak, dan pendapat pendapat macam itu. penentuan awal puasa cuma satu hal yang berbeda dari sekian banyak hal yang sama, contohnya kita semua pasti sama membenci korupsi. dan awal ramadhan juga cuma satu hal yang sama dari sekian banyak yang berbeda dan tak akan pernah sama yaitu manusia pasti beda penghasilan, akan selalu ada miskin dan kaya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun