Mohon tunggu...
Iqbal Maulana Akhsan
Iqbal Maulana Akhsan Mohon Tunggu... Lainnya - -

proud to be Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Air dan Masa Depan Kita

5 Juli 2020   21:53 Diperbarui: 5 Juli 2020   21:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut penulis, hal ini karena Pemerintah tidak melaksanakan undang-undang dengan sungguh-sungguh. Pengelolaan sumber air semestinya dilakukan oleh BUMN/BUMD bukan oleh swasta. 

Bukankah air adalah hak bagi setiap warga negara?. Pengelolaan air oleh swasta sering mementingkan kepentingan bisnis semata, hanya memikirkan bagaimana perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang besar tanpa memandang kepentingan masyarakat umum. 

Perbandingan harga pun jauh sekali apabila menggunakan air minum dari PDAM, harga permeter kubik dari PDAM, dikutip dari tekape.co untuk wilayah Jakarta dan Depok hanya Rp. 7000. 

Berbeda jauh apabila kita mengkonsumsi AMDK yang harganya dapat mencapai Rp. 2 juta per meter kubiknya. Ironi sekali perbedaan harga yang sangat jauh ini. 

Apa mungkin perbedaan harga itu disebabkan ada rasa dalam AMDK seperti jargon di iklan-iklan media elektronik seperti ada manis-manisnya yang menjadikan harganya semakin mahal? Entahlah apa perbedaan dari AMDK dan air PDAM.

Bijak Menggunakan Air

Bijak menggunaka air perlulah dikampanyakan dengan gencar, karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui akibat dari tidak bijaknya menggunakan air secara bijak. Walaupun ingat mestilah ditimpa dulu kekeringan pada musim kemarau melanda, ya begitulah mungkin tabiat manusia. 

Pada AMDK pun manusia sering tidak bijak, bukankah sering kita lihat banyak sekali botol-botol AMDK masih terdapat isi airnya dan tidak dihabiskan dan dibuang begitu saja? 

Inilah salah satu tidak bijaknya kita menggunakan air. Selain itu, penulis pun banyak melihat fenomena tidak bijak menggunaka air dalam kehidupan sehari-hari, seperti mandi yang terlalu banyak menggunakan air, tidak mematikan keran air secara sempurna sehingga mengakibatkan terbuangnya air secara sia-sia, dan sebagainya.

Selain itu, banyak juga masyarakat yang mencemari lingkungan--dalam hal ini sungai sebagai sumber air-- dengan limbah rumah tangga, pabrik-pabrik yang tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAL) yang memperparah pencemaran lingkungan. 

Berbicara bijak dalam menggunakan air, sebenarnya kita sebagai masyarakat dalam memulai untuk dapat bijak menggunakan air dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan memanfaatkan gray water (air abu-abu) untuk keperluan sehari-hari selain untuk dikonsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun