Mohon tunggu...
Raysandie Iqbal Wardana Putra
Raysandie Iqbal Wardana Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 23107030140

Suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kamu Fomo? Lakuin Ini!

14 Juni 2024   00:06 Diperbarui: 14 Juni 2024   00:15 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FOMO, atau Fear of Missing Out, adalah fenomena psikologis yang merujuk pada ketakutan seseorang akan tertinggal dari berbagai pengalaman berharga atau menyenangkan yang mungkin sedang dialami orang lain. Istilah ini pertama kali muncul dalam konteks psikologi modern, namun telah menjadi semakin relevan di era digital, di mana media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab FOMO

  1. Media Sosial: Salah satu penyebab utama FOMO adalah penggunaan media sosial. Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memungkinkan orang untuk membagikan momen-momen terbaik dalam hidup mereka. Sering kali, apa yang dibagikan adalah gambaran yang tidak realistis atau terlalu positif, yang menciptakan ilusi bahwa orang lain selalu menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak puas dan cemas ketika seseorang merasa hidupnya tidak sebanding.

  2. Tekanan Sosial: Dalam masyarakat modern, terdapat tekanan yang besar untuk selalu tampil sukses dan bahagia. Media sosial sering kali memperkuat tekanan ini, karena orang cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain yang tampak lebih berhasil. Tekanan sosial ini dapat menyebabkan seseorang merasa harus terus mengikuti tren terbaru, menghadiri acara-acara populer, atau memiliki barang-barang terkini agar tidak merasa ketinggalan.

  3. Keinginan untuk Terhubung: Manusia adalah makhluk sosial yang secara alami memiliki keinginan untuk terhubung dan merasa menjadi bagian dari kelompok. Ketika seseorang melihat teman-teman atau rekan-rekan mereka terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan atau menarik, mereka mungkin merasa terisolasi jika tidak ikut serta. Keinginan untuk terhubung dan menjadi bagian dari kelompok ini dapat memicu FOMO, terutama jika seseorang merasa tidak diikutsertakan dalam kegiatan sosial tersebut.

Dampak FOMO

  1. Kesehatan Mental: FOMO dapat memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Perasaan cemas, stres, dan bahkan depresi dapat muncul akibat ketakutan terus-menerus akan tertinggal. Melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih baik atau lebih bahagia dapat membuat seseorang merasa rendah diri dan tidak puas dengan kehidupannya sendiri.

  2. Penurunan Produktivitas: Ketika seseorang terus-menerus merasa harus mengikuti semua kegiatan atau tren, mereka mungkin akan menghabiskan waktu yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif. Misalnya, menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial untuk memastikan tidak ketinggalan informasi terbaru dapat mengganggu pekerjaan atau studi mereka.

  3. Gangguan Tidur: FOMO juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Kecemasan yang disebabkan oleh ketakutan akan tertinggal dapat membuat seseorang sulit untuk tidur atau memiliki tidur yang tidak nyenyak. Selain itu, kebiasaan mengecek media sosial sebelum tidur juga dapat mengganggu pola tidur yang sehat.

Cara Mengatasi FOMO

  1. Batasi Penggunaan Media Sosial: Salah satu cara efektif untuk mengurangi FOMO adalah dengan membatasi penggunaan media sosial. Menetapkan batas waktu harian untuk penggunaan aplikasi media sosial dapat membantu mengurangi perasaan cemas dan ketidakpuasan. Cobalah untuk mengganti waktu yang biasanya dihabiskan di media sosial dengan kegiatan yang lebih bermakna, seperti membaca buku atau berolahraga.

  2. Fokus pada Kehidupan Nyata: Alihkan perhatian dari dunia maya ke kehidupan nyata. Temukan kegiatan yang Anda nikmati dan fokuslah pada hubungan yang bermakna dalam kehidupan nyata. Menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman tanpa terganggu oleh media sosial dapat membantu Anda merasa lebih terhubung dan puas.

  3. Praktikkan Mindfulness: Mindfulness atau kesadaran penuh adalah teknik yang dapat membantu Anda tetap fokus pada momen saat ini dan mengurangi perasaan cemas tentang apa yang mungkin Anda lewatkan. Latihan meditasi atau pernapasan dalam dapat membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan kesejahteraan mental.

  4. Hargai Diri Sendiri: Penting untuk mengingat bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Tidak perlu selalu membandingkan diri dengan orang lain. Hargai pencapaian dan kebahagiaan Anda sendiri, dan ingatlah bahwa apa yang Anda lihat di media sosial sering kali hanya bagian kecil dari kehidupan seseorang.

Kesimpulan

FOMO adalah fenomena yang semakin relevan dalam era digital saat ini. Meskipun media sosial memberikan banyak manfaat, penting untuk menyadari dampak negatif yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan mental. Dengan mengenali penyebab dan dampaknya, serta menerapkan langkah-langkah untuk mengatasinya, kita dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia tanpa terus-menerus merasa takut tertinggal. Mencari keseimbangan antara kehidupan digital dan nyata adalah kunci untuk mengatasi FOMO dan meningkatkan kualitas hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun