Mohon tunggu...
iqbal muhammad
iqbal muhammad Mohon Tunggu... -

aku hanyalah seorang pengelana..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kita dalam Renungan

10 September 2014   03:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:09 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita dan sebuah renungan,tentang negeri kita dalam lukis khayalan,dan tentang jaya ibu pertiwi kita yang masih berlari dalam angan.Kedamaian tentangnya belum nyata dalam genggaman,masih sebatas ilusi mimpi yang penuh hiasan,dan terlukis fatamorgana di terik gurun yang tak berkesudahan.Entah sampai kapan,kita masih berdiri dengan seribu pengharapan,dan menengadah dengan sejuta lantunan doa pada takdir Tuhan.

Ketika palu sang Mahkamah bertalu,menghentak keheningan tepian meja yang telah lama membisu,sontak pekik turut mengusaikan bibir yang juga kelu.Pekik kepuasan sekaligus kekecewaan,teriak keriangan berbarengan dengan kesedihan,dan teriakan penuh harapan melawan keputus asaan.Namun itulah demokrasi,perbedaan akan selalu menghiasi,tergantung sejauh mana kita memberikan apresiasi.Kita adalah bangsa besar yang mempunyai ragam aspirasi,ribuan budaya yang masih menjunjung tinggi arti integrasi,dan beraneka keyakinan yang masih tunduk pada sebuah toleransi.Dan ini hanyalah sebuah pesta kecil,yang takkan membuat badan lemas terus menggigil,kemudian berteriak berlarian di jalan dengan tubuh penuh dekil.Kita adalah bangsa yang berkeTuhanan Yang Maha Esa,fanatisme golongan hanyalah membuat retak dinding dinding persada,dan ratusan wajah bangsa bangsa akan tertawa.Mungkin mereka telah berkata,lihatlah Indonesia yang telah lama merdeka,belum lunaskah harga persatuan dibayar dengan darah dan airmata?


Kita tak ingin ungkapan ini menghias dunia dalam lembaran sejarah,karena segala problem telah usai di meja mahkamah,saatnya kita menghapus lukisan lampau yang penuh tinta merah.Tak ada kemenangan yang nyata,dan tak ada pula kekalahan yang menghapus cita,karena semuanya hanyalah untuk persada tercinta.
Kita semua adalah saudara,terlahir dari rahim sebuah bangsa ,dan juga bernaung dalam semesta yang sama.Darah darah para syuhada negeri mungkin masih membasah,menuliskan pesan di gundukan tanah pusara yang masih merah,untuk negeri mereka yang penuh senyum merekah.Dan itu adalah amanah yang utama,untuk generasi penerus kepakan sang Saka,agar tetap berkibar menghias persada.

Marilah kita kembali satukan genggam,satukan kembali jemari dalam kekuatan cengkram,dan remukkan setiap rintangan bangsa yang akan datang menghantam .Jokowi JK  bukanlah orang asing,mereka murni lahir dari rahim ibu pertiwi dengan aroma tubuh rempah rempah yang belum kering,yang akan membuat idealisme nasional mereka tak mungkin berpaling.Tapi mereka juga bukanlah superman,mereka masihlah seorang insan,sekuat kuatnya mereka tak luput dari kekhilafan.
Keputusan MK mungkin adalah sebuah takdir,tapi ini bukanlah sebuah akhir,tapi adalah awal menuju kemakmuran yang akan terukir.Titiplah pada Jokowi-JK tentang indahnya sebuah imaji,bersama melangkah untuk nyatanya sebuah ilusi,tak lupa rangkaian bait harap untuk Tuhan di atas megahnya Arasi.Selamat menjalankan pemerintahan baru Bapak Joko WidodoMUH. JUSUF KALLA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun