Mohon tunggu...
Iqbal Maulana
Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis dan Penerjemah

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Islam Agama Ramah Perempuan Karya KH. Husein Muhammad

28 Desember 2022   16:59 Diperbarui: 28 Desember 2022   17:04 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Penelitian-penelitian terbaru tentang perempuan mulai mengulas kembali ihwal tafsir perempuan klasik, baik menggunakan pisau analisis ilmu sosial modern hingga ilmu keislaman sendiri. Memahami kembali tentang perempuan dengan kedua perspektif tersebut atau salah satunya saja, sama-sama beresiko mendapatkan perlawanan di satu pihak sekaligus mendapatkan dukungan di pihak lainnya. Oleh karena itu, hanya orang yang memiliki cukup bekal dan keberanian, bahkan kenekatan yang bersedia membuka suara lain ini. Kiai Husein Muhammad merupakan salah satu yang termasuk dalam kategori ini.

Sekilas Sosok KH. Husein Muhammad

Kiai Husein atau yang akrab disapa Buya Husein merupakan sosok kiai karismatik yang mengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr, Cirebon. Selain itu, Kiai Husein juga menjadi salah satu ketua dan pendiri Puan Amal Hayati (pusat krisis untuk perempuan di pesantren-pesantren), dan juga pendiri Women Crisis Centre (WCC) Balqis Arjawinangun Cirebon. Oleh karena itu, selain sibuk mengajar di pesantren, rupanya Kiai Husein juga sibuk dalam melakukan perlawanan di tengah-tengah budaya dan wacana pesantren yang menimbulkan ketidakadilan dan subordinasi terhadap perempuan. Bentuk perlawanan itu terlihat dalam gagasan-gagasan Kiai Husein yang dituliskan dalam buku Islam Agama Ramah Perempuan. Kiai Husein layak disebut sebagai feminis Islam, karena kesadarannya akan ketertindasan pada perempuan dan dia juga berupaya untuk menggagas wacana tandingan dengan basis keilmuan pesantren.

Berangkat dari kondisi budaya dan nilai hidup yang bernuansa pesantren, maka Kiai Husein sebagai laki-laki dan pembela hak perempuan, merupakan aset yang berharga yang harus dipertahankan. Hal ini utamanya untuk menyuarakan gagasan-gagasan dan gerakan pembelaan terhadap perempuan. Apa yang dilakukan oleh Kiai Husein akan membantu perjuangan yang sedang dan terus dilakukan oleh para perempuan khususnya aktivis perempuan. Beliau merupakan feminis laki-laki yang memiliki kesadaran akan ketimpangan dan ketidakadilan gender dan merupakan teman diseminasi gagasan di masyarakatnya.

Pemahaman yang mendalam tentang ilmu keislaman klasik serta memiliki pengalaman dalam melayani masyarakat merupakan modal penting yang menjadi pegangan Kiai Husein. Oleh karena itu, bisa dikatakan Kiai Husein melakukan perombakan dari dalam, yaitu merombak pemahaman dengan ilmu yang setara. Isu-isu sensitif yang sering muncul di masyarakat dikupas dengan kritis dan penuh empatik, seperti tauhid yang berkeadilan, jihad perempuan, aborsi, kesehatan reproduksi, dan peran politik perempuan. Oleh karena itu, memahami Islam seperti yang dilakukan oleh Kiai Husein ini dapat membuka kembali harapan hidup yang lebih baik khususnya bagi perempuan dengan keislamannya. Demikianlah apa yang disebut dengan Islam rahmatan lil alamin.

Kandungan dan Struktur Buku

Buku Islam Agama Ramah Perempuan merupakan antologi tulisan yang dihidangkan oleh Kiai Husein Muhammad kepada masyarakat khususnya perempuan. Dalam kumpulan tulisan tersebut setidaknya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar:

Bagian pertama buku ini menghidangkan gagasan Kiai Husein mengenai salah satu akar permasalahan yang membuat perempuan menderita dengan segala bentuk ketimpangan gender dalam masyarakat, khususnya di Indonesia. Dalam bagian ini, tulisan Kiai Husein disusun sedemikian rupa untuk menjelaskan relasi antara tauhid, agama, Syariah, fiqh, dan fiqh perempuan.

Bagian kedua buku ini menghidangkan bentuk perlawanan Kiai Husein. Hal ini dapat terlihat dari tema yang dipilih yaitu jihad perempuan. Dengan jernih ia menjelaskan adanya pergeseran makna jihad yang semakin eksklusif berarti perang. Hal ini sejalan dengan semakin dipinggirkannya perempuan dari wilayah publik, bahkan juga penyempitan wilayah privatnya.

Bagian ketiga buku ini menghidangkan berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan di ruang lebih privat, seperti jilbab, kekerasan terhadap perempuan beserta penafsiran atasnya, kesehatan dan hak-hak reproduksi, aborsi, dan problematika remaja.

Bagian keempat buku ini menghidangkan ihwal upaya refleksi yang dilakukan oleh Kiai Husein sebagai aktivis gerakan feminisme atau, menurut istilah yang digunakannya, gerakan pemberdayaan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun