Mohon tunggu...
Muhmad Iqbal Haqiqi
Muhmad Iqbal Haqiqi Mohon Tunggu... Jurnalis - Author

Mahasiswa cupu yang manaruh cinta pada baca - tulis, anima dan minum susu. Sesekali juga doyan gorengan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Disadari atau tidak, Korupsi itu Candu Bagi Kita

2 Maret 2019   17:53 Diperbarui: 2 Maret 2019   19:18 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di lingkup akademik dengan kebiasaan plagiasi tugas makalah, titip absen, hingga nyogok dosen. Dari segi ormawa sendiri juga bukan tanpa dosa, banyak tuh yang  memanipulasi anggaran belanja kegiatan biar dapetin keuntungan, penggunaan nota kosong, stempel palsu, hingga SPJ dengan proker yang bodong !

Bahkan yang paling parah, pada tahun ajaran baru, saya sempat diceritain oleh teman saya. Dia bercerita bahwa banyak dari juniornya yang orang tuanya ngelakuin tawar menawar sejumlah uang jika ingin anaknya lolos melalui jalur khusus di sebuah instansi pendidikan tinggi. Weleeeh pendidikan kok ya dijadiin tawar menawar kayak beli sepatu di pasar Johar !

   Nah toh, sadarkan kalau korupsi nyatanya dipraktikan dengan canggih oleh berbagai elemen masyarakat, dan dilegitimasi secara tersirat sebagai sebuah tindakan yang sah -- sah aja. Toh tidak akan menggangu kestabilan negara secara makro. Lagi pula masyarakat proleter kek kita kalau sering patuh dengan hukum lama -- lama dimainin sama aparat hukum. Hukum dibuat yah untuk dilanggar ! itu slogannya.

Selanjutnya korupsi yang dilegitimasi itupun menjadi sebuah siklus publik yang harus dilaksanain, kalau gak dilaksanain, dijamin bakal kesusahan. Semua itu dilakuin demi sebuah syarat untuk memperlancar siklus ekosistem secara struktural birokrasi.

Bunyinya seperti ini. "Saya melakukan korupsi karena saya telah dikorupsi". Sebab ketika saya sebagai seorang polisi misalnya, saya harus dapat uang jalanan, wong udah capek -- capek panasan kok. Fungsinya ya sebagai insetif untuk biaya kuliah anak saya yang butuh pelicin agar bisa lolos dari seleksi. Atau ketika menjadi seorang guru, dengan dalih balik modal karena telah keluar banyak uang saat melamar, maka dengan enaknya mewajibkan siswa membeli buku yang dijual. Buat balikin modal coooy !  

Demikianlah, dengan status apapun, setiap orang akan ngelakuin berbagai korupsi dengan dalih kemaslahatan untuk masa depan. Karena setiap urusan yang akan dilakuinnya di masa depan, dibutuhin berbagai biaya -- biaya gak terduga yang begitu banyak.

Siklus korupsi itu melahirkan sebuah hukum sebab -- akibat yang nyebabin masyarakat secara umum menjadi nrimo eng pandu aja sama korupsi ini, hingga pada akhirnya korupsi menjadi sebuah legal formal yang disematkan secara kultural disanubari masyarakat kita.

 Ada beberapa biang keladi dari pesatnya korupsi di masyarakat kita diantaranya, disebabin karena hedonisme yang begitu tumpah -- tumpah merangsang hawa nafsu untuk bermewah -- mewahan. Pada realitasnya masyarakat kita begitu gak siap dengan berbagai perkembangan zaman yang nyediain berbagai pilihan dalam menjalani gaya hidup, sehingga mengesampingkan batas kemampuan yang dimiliki. Istilah kerennya BPJS, Budget Pas -- pasan Jiwa Sosialita !

Kemudian karena kerterpaksaan, banyak dari masyarakat kita yang terjerat korupsi ini karena diterapin secara birokratis oleh oknum -- oknum tertentu. Minta surat ke desa harus nyediain amplop, kalau enggak disediain, prosesnya bisa sampe kita lumuten juga gak bakal rampong -- rampong !

 Semua prilaku korupsi ini akan terus berputar dengan khidmatnya mengisi hari -- hari indah kita, apabila semuanya menyepakati dan menjadi sebuah dosa yang tak dianggap pendosa bagi yang melakukannya. Halah gak pa pa, wong biasane juga kek gini. 

Toh Semua kembali pada masyarakat kita. Sejatinya korupsi hanya persoalan mengendalikan dan menahan diri. Sama dengan saya yang harus terus menahan diri. Di awal bulan seperti ini akan ada teman saya yang mulai cerewet menagih utang. Dan kembali, akan saya balas dengan cengiran sambil minta belas kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun