Mohon tunggu...
M. Iqbal Irfany
M. Iqbal Irfany Mohon Tunggu... -

Musafir dalam random-walk kehidupan. Tinggal dan studi di Jerman. @iqbalirfany (twitter)

Selanjutnya

Tutup

Money

Apakah Uang Memiliki Nilai Waktu?

4 April 2012   11:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:02 2250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iman Sugema dan M. Iqbal Irfany

Sebagian besar dari kita memiliki salah anggapan tentang bunga atau interest. Dalam berbagai literatur dan pembicaraan sehari-hari bunga sering juga disebut sebagai biaya pinjaman atau cost of borrowing atau bahkan cost of capital. Istilah lain yang sering disebut adalah harga uang atau the price of money. Kenyataannya semua istilah tersebut tidak sama dengan arti bunga yang sebenarnya. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kalau anda meminjam uang sebesar seratus rupiah dengan tingkat suku bunga sepuluh persen pertahun maka bunga yang harus anda bayar selama setahun adalah sebesar sepuluh rupiah. Kalau Anda mengembalikan pinjaman itu setelah dua tahun maka bunga yang harus dibayar selama masa pinjaman adalah sebesar duapuluh rupiah. Tahun pertama anda bayar sepuluh rupiah, dan begitupun pada tahun kedua.

Karena itu besarnya bunga yang dibayar tergantung pada lamanya masa pinjaman dan pokok pinjaman. Karena jumlah bunga yang dibayar tergantung pada pokok pinjaman, maka orang menyebutnya sebagai cost of borrowing dan price of money. Karena uang pinjaman itu sering dijadikan modal usaha, maka orang menyebutnya sebagai cost of capital. Lebih parah lagi karena modal usaha tersebut menciptakan keuntungan maka bunga juga terkadang dipadankan dengan imbal hasil (yield). Kerancuan semacam ini sering mengakibatkan orang menganggap pembayaran bunga mirip dengan bagi hasil (profit and loss sharing). Tak jarang saya mendapati para bankir di bank syariah sedang meyakinkan para nasabah bahwa bagi hasil di banknya lebih tinggi sekian persen dibanding di bank konvensional.

Padahal pokok pinjaman dalam bentuk uang hanyalah berperan sebagai faktor pengali saja, bukannya sebagai faktor penentu jumlah bunga. Untuk memahami itu mari kita ganti pokok pinjamannya dalam bentuk beras atau komoditas apapun.

Kalau anda pinjam seratus kilogram beras dengan tingkat suku bunga sepuluh persen maka selama setahun anda harus bayar bunga sebesar 10 kilogram. Kalau yang anda pinjam adalah emas 100 gram maka bunganya pasti sama dengan 10 gram emas. Apakah dengan demikian kemudian kita menyebut bunga sebagai the price of rice dan the price of gold ? Jelas tidak. Jadi sesungguhnya apapun jenis pokok pinjamanya, ia hanya diperlakukan sebagai faktor pengali saja.

Harga biasanya dinyatakan dengan satuan barang. Contohnya adalah ketika anda belanja di warung, harga beras dinyatakan per kilogram beras. Kalau anda datang ke bank, anda akan mengetahui secara jelas bahwa suku bunga dinyatakan sebagai sekian persen per tahun. Kilogram adalah satuan berat, dan tahun adalah satuan waktu. Semakin banyak beras yang anda beli maka jumlah uang yang anda bayarkan bertambah banyak. Dengan bertambahnya waktu, maka jumlah bunga yang harus anda bayar juga bertambah. Artinya bunga adalah harga waktu atau the price of time.

Terkait dengan masalah waktu, bunga disebut juga sebagai time value of money. Dalam konsep ini nilai uang cenderung berubah dengan berjalannya waktu. Uang satu rupiah yang dimiliki saat ini dianggap lebih berharga dibanding uang satu rupiah tahun depan. Penyebabnya ada dua. Yang pertama adalah inflasi yang menyebabkan daya beli uang semakin menurun dengan berjalannya waktu. Uang yang anda pegang sekarang memiliki daya beli yang lebih besar dibanding dengan jumlah uang yang sama di kemudian hari. Karena itu, bunga dianggap sebagai kompensasi atas menurunnya daya beli uang. Pertanyaannya, bagaimana kalau terjadi deflasi yang menyebabkan daya beli uang meningkat? Apakah anda rela jika dibayar suku bunga negatif yang menyebabkan jumlah nominal uang yang anda miliki berkurang? Jawabanya pasti, uang tersebut lebih baik disimpan di bawah kasur dan tidak mau anda pinjamkan.

Hal tersebut terkait dengan alasan yang kedua mengenai time value of money. Kalau anda diberi pilihan apakah mendapatkan uang satu milyar rupiah sekarang atau tahun depan, pasti anda akan memilih sekarang. Walaupun tidak ada inflasi, anda lebih menyukai untuk memegang uang sekarang. Ini terkait dengan sifat manusia yang serba tergesa-gesa untuk menikmati apapun secara lebih awal. Karena itu bunga dianggap sebagai balas jasa karena anda menunda menikmati apa yang anda miliki. Dalam hal ini bunga disebut juga sebagai the rate of time preference.

Kini jelas bahwa bunga adalah the price of time atau the rate of time preference. Bunga bukanlah the price of money. Penyebab timbulnya bunga adalah sifat manusia yang tergesa-gesa. Silahkan anda buka Al Qur’an dan hadits mengenai tercelanya sifat ini. Karena yang saya terangkan adalah bukan tafsir, maka silakan anda mengambil kesimpulan sendiri.

(dimuat di rubrik Bukan Tafsir "Iqtishodia" Republika, 29 Juli 2010 dengan judul "Time Value of Money")

PS: Mulai hari ini saya akan reposting seri Tulisan Bukan Tafsir (Kolom Ekonomi Syariah Bulanan) dari edisi pertama. Salam dari Goettingen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun