Apa benar yang sedang kurasakan ini cinta?
Pertanyaan itu datang tiba-tiba, dan mengendap dalam kepalaku. Aku tidak tahu pasti, apa pesan itu dari semesta, hati, pikiran, atau sekadar hal tak berarti yang entah datang dari mana. Atau dari Tuhan?
Benar saja, aku telah merasa jatuh hati padamu dalam waktu sesingkat itu. Hanya dalam waktu 8 detik, kala melihat simpul senyum pada bibir manismu. Atau ini hanya sekadar kagum? Suka? Atau apa?
Mia, kau tahu? Berapa malam kulewati tanpa tidur yang nyaman akibat dihantui perasaan takut. Yah, aku takut kehilanganmu. Tapi, bagaimana mungkin aku takut kehilangan sesuatu yang bahkan belum kumiliki sama sekali. Ah, sepertinya aku gila. Bukankah harus dimiliki dulu, lalu rasa takut itu hadir?
Aku takut kehilanganmu, apa benar ini cinta. Pertanyaan semacam itu selalu muncul tiba-tiba. Dalam benakku, kau selalu hadir sebagai dua kemungkinan. Yang akan membuatku merasa sangat bahagia, juga yang akan membuatku patah hati hebat.
Apa kau tahu aku diam-diam memujamu, bukan kepalang maluku saat aku ketahuan memotretmu. Aku langsung berpura-pura menyalakan flash ponselku, dan menyenter bagian sisi kiri laptopku, untuk memastikan kabel usb-ku kumasukkan di tempat yang tepat. Untung saja, aku cerdas mengeles.
Mia? Apa ini benar cinta?
Tak seharusnya aku yang sangat biasa ini mengharapkan yang luar biasa sepertimu. Sudah cantik, baik, cerdas, lucu lagi. Ah, membuat repot perasaan saja kau.
Aku terus bertanya, benarkah ini cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H