Mohon tunggu...
I Putu Mayong Satya Ardhita
I Putu Mayong Satya Ardhita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Realisme

25 Desember 2024   22:06 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:05 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat realisme merupakan salah satu aliran pemikiran yang memberikan pengaruh signifikan dalam sejarah filsafat. Secara umum, realisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa dunia luar atau realitas objektif memiliki eksistensi independen dari persepsi, pikiran, atau kesadaran manusia. Dengan kata lain, keberadaan realitas tidak ditentukan oleh apakah manusia memikirkannya atau tidak. Realisme mencakup berbagai cabang, seperti realisme metafisik dan realisme epistemologis Dalam konteks realisme metafisik, pandangan utamanya adalah bahwa objek-objek di dunia memiliki eksistensi yang mandiri dari pikiran manusia. Sebagai contoh, gunung tetap ada meskipun tidak ada yang melihat atau memikirkannya. Pendekatan ini bertolak belakang dengan idealisme, yang berpendapat bahwa realitas sepenuhnya tergantung pada kesadaran atau pikiran manusia. Walaupun banyak sumbangannya, realisme juga menghadapi kritikan Salah satu kritikan utama lalah pandangan ini boleh mengabaikan peranan subjektiviti dalam memahami realiti Sesetengah ahli falsafah berpendapat bahawa persepsi manusia sentiasa dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya, menjadikannya sukar untuk mendakwa kewujudan realiti objektif yang benar- benar terpisah daripada pengalaman manusia Secara keseluruhannya, falsafan realisme menawarkan perspektif yang kukuh tentang kewujudan dunia fizikai dan peranan manusia dalam memahami dan berinteraksi dengan dunia tersebut Walaupun dikritik pengaruhnya tetap kelihatan dalam banyak aspek kehlaupan akademik dan praktikal hari ini Dalam ranah epistemologi, realisme membahas hubungan antara manusia sebagai subjek pengetahuan dan dunia luar sebagai objek pengetahuan. Realisme epistemologis berpendapat bahwa mahusia dapat mencapai pengetahuan yang benar dan obyektif tentang dunia melalui pengalamari serta metode timian Keyakinan pada kemampuan manusia untuk memahami dunia ini telah menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan modern Sebagai contoh, teori-teori dalam bidang fisika atau biologi sering kali berakar pada asumsi bahwa ada hukum-hukum alam yang obyektif yang dapat ditemukan melalui penelitian dan eksperimen. Realisme juga memiliki implikasi yang signifikan dalam bidang etika dan estetika. Dalam ranah etika, realisme moral menyatakan bahwa nilai-nilai moral adalah fakta obyektif yang tidak bergantung pada pandangan individu atau budaya tertentu. Misalnya, tindakan seperti pembunuhan atau pencurian dianggap salah bukan karena kesepakatan sosial, melainkan karena adanya kebenaran moral yang obyektif yang mendasarinya. Di sisi lain, dalam estetika, realisme estetis menyatakan bahwa keindahan merupakan kualitas obyektif yang inheren dalam karya seni atau alam, bukan hanya preferensi subyektif.

 Salah satu kontribusi utama realisme adalah kemampuannya memberikan landasan yang kokoh bagi ilmu pengetahuan dan penelitian empiris. Dengan mengakui adanya realitas obyektif, realisme memungkinkan para ilmuwan untuk bekerja berdasarkan asumsi bahwa fenomena dapat diamati, diukur dan dipahami. Sebagai contoh, dalam bidang kedokteran, keyakinan bahwa penyakit disebabkan oleh patogen yang nyata dan dapat dideteksi telah menghasilkan kemajuan besar dalam diagnosis dan pengobatan. Namun, filsafat realisme Juga menghadapi berbagai kritik. Salah satu kritik utama datang dari idealisme dan Konstruktivisme sosial, yang berpendapat bahwa apa yang kita anggap sebagai realitas adalah hasil dari konstruksi mental atau sosial. Menurut pandangan ini, persepsi manusia terhadap dunia sangat dipengaruhi oleh bahasa, budaya, dan konteks sosial, sehingga sulit memastikan bahwa kita benar-benar memahami realitas sebagaimana adanya Sebagai contoh konsep waktu dapat dipahami secara berbeda di budaya Barat dan Timur, menunjukkan bahwa realitas tidak sepenuhnya obyektif. Selain itu, dalam filsafat sains, realisme ilmiah seringkali dikritik oleh anti-realisme. Pendukung anti-realisme berargumen bahwa teori-teori ilmiah hanyalah alat untuk memprediksi fenomena, bukan representasi akurat dari realitas. Misalnya, meskipun teori atom sangat berguna, anti-realis mungkin berpendapat bahwa kita tidak dapat memastikan apakah atom benar-benar "nyata" atau hanya merupakan model konseptual. Realisme juga mendapat tantangan dari skeptisisme Skeptisisme mempertanyakan kemampuan manusia untuk mengetahui realitas secara pasti Sebagai contoh, bagaimana kita dapat yakin bahwa apa yang kita lihat, dengar, atau rasakan adalah representasi akurat dari dunia luar? Kritik ini mendorong pendukung realisme untuk terus memperbaiki argumen mereka dan mencari cara menjembatani kesenjangan antara persepsi manusia dan realitas obyektif. Meskipun menghadapi berbagai kritik banyak filsuf dan ilmuwan tetap mendukung realisme karena keyakinannya yang member kan pijakan stabil untuk memahami dunia.

 Dalam era modern ini, realisme menjadi fondasi bagi berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan teknologi, dan kebijakan publik Dengan mengakui keberadaan realitas obyektif. realisme membantu manusia mengambil keputusan berdasarkan fakta dan bukti, bukan sekadar opini atau keyakinan subyekt Sebagal penutup, filsafat realisme adalah pandangan yang menekankan keberadaan dunia luar yang independen dari pikiran manusia. Dengan kontribusinya dalam berbagai bidang, realisme telah membentuk cara manusia memahami dan Denriteraksi dengan dunia Meski demikian kritik dari idealisme, konstruktivisme sosial, danskeptisisme menunjukkan bahwa realisme bukan tanpa tantangan. Oleh sebab itu, diskust mengenai realisme tetap relevan dan penting untuk memperdalam pemahaman kita tentang realitas dan posisi manusia di dalamnya. Dengan terus mengeksplorasi dan mengkritisi pandangan ini kita dapat meningkatkan cara kita memahami dunia dan hidup di dalamnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun