untuk nopi suardani
Bangsat, begitu katamu
ketika menatap wajahku
yang berkali-kali berpaling
dan kehilangan binar bintang.
Bangsat, katamu lagi
aku belum selesai bicara, tambahmu
tatap dan jangan berusaha menelan mataku, desakmu
bila tidak, rajamku menelanmu
Lagi-lagi bangsat, katamu
seperti aku datang terlambat bercinta
untuk yang kesekian kalinya
dan lupa posisi yang kau suka.
Tapi lagi-lagi bangsat, katamu
seolah hanya itu ungkapan termulia
dari luas samudera kata-katamu.
Tapi kali ini kukatakan bangsat: padamu
apa tak ada makian lain,
selain bangsat yang sudah letih dan lelah
bahkan kehilangan tangga nada mayornya.
Oktober 2010
*)interpretasi dari cerpen “Sialan” karya Nopi Suardani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI