Mohon tunggu...
gede pradipta
gede pradipta Mohon Tunggu... -

sedang meningkatkan kemampuan menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangsat*

11 Oktober 2010   16:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:31 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

untuk nopi suardani

Bangsat, begitu katamu
ketika menatap wajahku
yang berkali-kali berpaling
dan kehilangan binar bintang.
Bangsat, katamu lagi
aku belum selesai bicara, tambahmu
tatap dan jangan berusaha menelan mataku, desakmu
bila tidak, rajamku menelanmu
Lagi-lagi bangsat, katamu
seperti aku datang terlambat bercinta
untuk yang kesekian kalinya
dan lupa posisi yang kau suka.
Tapi lagi-lagi bangsat, katamu
seolah hanya itu ungkapan termulia
dari luas samudera kata-katamu.

Tapi kali ini kukatakan bangsat: padamu
apa tak ada makian lain,
selain bangsat yang sudah letih dan lelah
bahkan kehilangan tangga nada mayornya.

Oktober 2010
*)interpretasi dari cerpen “Sialan” karya Nopi Suardani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun