Mohon tunggu...
Nur Purwata
Nur Purwata Mohon Tunggu... -

Penggemar musik yang kebetulan juga menyukai web development, programming, dan coding.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ziarah Pilkada

18 Agustus 2015   22:01 Diperbarui: 18 Agustus 2015   22:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai sekarang aku masih senyum-senyum bila ingat peristiwa itu, sehingga jangan heran jika ketemu aku lagi senyum-senyum sendiri... Hehehe...
Adapun peristiwa yang bisa bikin aku senyum-senyum sendiri adalah kejadian beberapa hari lalu saat ziarah ke makam leluhur di Kotagede Yogyakarta.
Sesuai tradisi Jawa yang masih ada dalam darahku, tiap sebelum & sesudah lebaran aku berziarah kubur ke makam Kotagede, tempat leluhur dari bapak ku di makam kan.
Dengan mengayuh kereta angin di bawah hangatnya mentari pagi, aku meluncur dari rumah di kawasan Maguwo ke Kotagede.
Seperti biasa di akhir bulan syawal masih ada peziarah yang datang. Aku pun langsung menuju tempat penyewaan pakaian adat jawa yang tersedia, karena untuk masuk ke komplek makam harus memakai jarik, surjan/beskap & blangkon.
Wait... tunggu dulu... kok ada banyak sekali pezirah yang sudah datang lebih dulu berkumpul di depan gerbang makam, dan ada beberapa orang masih antri memakai pakaian adat; Aku sempat bertanya dalam hati, kok tumben banyak sekali yang ber ziarah di akhir bulan syawal & tidak sedang hari libur lagi. Tapi aku tidak menuntaskan tanya tersebut dengan bertanya.
Begitu selesai pake surjan, langsung aku menuju gerbang dan menjadi ekor dari rombongan tadi. Antrian bergerak pelan seperti Gerry, keong nya Spongebob. Ada tambahan pertanyaan dalam hati karena ada digelar karpet di lajur menuju makam utama; aku simpan lagi tanya itu. Agak ke dalam lagi, ada banyak abdi dalem dengan busana lengkap; tambah lagi pertanyaan dalam hati. Mungkin akan ada upacara/ritual, pikirku.
Oleh para abdi dalem, kami diarahkan menuju altar kecil di depan makam Ki Ageng Pemanahan dan Kanjeng Panembahan Senopati. Di situ sudah digelar karpet untuk duduk. Sampai di sini aku masih berpikir bahwa memang kebetulan ada upacara yang digelar pihak Keraton. Karena berada di posisi paling belakang, otomatis aku juga duduk di ujung paling belakang dari sekitar enam  baris yang ada.
Dari sini peristiwa yang nantinya akan membuat aku tersenyum-senyum di mulai. Entah mengapa abdi dalem yang ada di belakang mempersilahkan aku untuk duduk di depan, dan orang-orang yang di depan juga memberi jalan aku untuk maju. Karena udah diberi jalan, akupun bergeser maju ke depan.
Begitu sudah rapi duduk bersila, mulailah pemimpin upacara dari abdi dalem membuka acara dengan mengucap salam. Selanjutnya dikatakan maksud dari  acara itu yang pertama adalah mengirim doa untuk arwah para sesepuh dan pendiri Kerajaan Mataram; Di Kotagede memang dimakamkan Raja Keraton Pajang (Sultan Hadi Wijoyo / Joko Tingkir), Kanjeng Panembahan Senopati (Raja pertama Mataram), Sultan Hanyokrowati (Raja kedua Mataram /ayah Sultan Agung Hanyokrokusumo), serta makam Ki Ageng Pemanahan (ayah dari Panembahan Senopati). Raja-raja Mataram mulai Sultan Agung (raja ketiga Mataram) di makamkan Pemakaman Raja Mataram di Imogiri).
Sampai pada mengirim doa itu aku masih berkeyakinan acara itu digelar oleh pihak Keraton, sehingga peziarah boleh mengikuti.
“Adapun untuk maksud yang kedua adalah untuk mohon doa restu kepada semua yang hadir atas pencalonan Bapak X dan Bapak Y untuk pemilihan Walikota & Wakil Walikota Kota B (Sebuah kota di Kalimantan)….”
Sampai pada kalimat itu aku langsung tersenyum & berkata dalam hati: “Waduh… kebetheng iki…” Kebetheng adalah istilah yang hanya di kenal di Kota Solo, yang artinya terjebak pada suatu kondisi tertentu & tidak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya aku ikuti juga pembacaan  tahlil & upacara sampai selesai, toh doa itu dikirim untuk mendoakan arwah leluhur, karena tujuanku memang ziarah untuk mendoakan.
Begitu upacara selesai, aku langsung memisahkan diri dari rombongan & pulang. Selama perjalanan aku senyum-senyum sendiri mereka-reka apa kira-kira yang tadi terjadi. Dalam rekaanku, pihak abdi dalem menyuruh aku maju ke depan karena mengira aku anggota penting dari rombongan Cawalkot & Cawawalkot, sedang pihak rombongan dari Kota B mengira aku adalah orang penting dari rombongan abdi dalem…; Hmmm… atau jangan-jangan malah dikira Paranormal… Hahaha…
Terlepas dari apa yang terjadi, semoga siapa pun yang terpilih nanti, adalah yang terbaik untuk masyarakat Kota B.
Selamat ber Pilkada masyarakat Balikpapan…
Ups… keceplosan… :)
Wassalam…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun