Mohon tunggu...
Ipung Purwanto
Ipung Purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Segala yang ada padaku hanya MilikNya...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Damai di Hati, Damai di Bumi

5 Mei 2024   06:41 Diperbarui: 5 Mei 2024   06:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Damai, berarti tidak ada apa-apa. Tanpa masalah, tidak mempermasalahkan, tiada kejengkelan, tiada ketidak sukaan yang bisa berkembang menjadi kebencian dan dendam, tiada keserakahan selalu bersyukur,

Seseorang akan sulit untuk damai, karena sadar atau tanpa sadar, Ego memimpin dalam pikirannya, perasaannya, ucapannya.

Merasa ide dan pendapatnya yang benar, yang lain tidak benar.

Merasa lebih pinter secara intelektual, tanpa menyadari itu bukan kebenaran.

Merasa sebagai pemimpin dan menganggap lainnya sebagai anak buah yang mesti menurut dan mengiyakan pendapatnya.

Ada nasehat dalam bahasa Jawa yang diajarkan dan menjadi pedoman hidup, dalam bahasa Indonesia, yaitu :

"Jangan Merasa Bisa, Tapi Bisa lah merasa"

"Jangan Merasa Bisa", merasa diri sendiri bisa melakukan segala hal, kehilangan kesadaran dan kewaspadaan, 

Merasa pendapat dan segalanya harus diikuti dan dituruti dan hanya dia yang bisa.

"Bisa lah Merasa"

Bahwa pendapatnya belum tentu benar, pendapat-pendapat orang lain mesti didengarkan.

Merasa tidak mungkin bisa melakukan segalanya seorang diri, perlu kerja sama dalam merumuskan ide dan melaksanakan.

Berdebat mencari benarnya sendiri karena ego, membuat

seseorang menjadi kasar, berteriak, membentak dan memaki.

Hati menjadi berjauhan, sehingga mesti berteriak.

Berdiskusi dengan meletakkan ego, berbicara dari hati ke hati, tidak berebut berbicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian sampai selesai dan berbicara dengan kasih sayang, lembut dan ramah, subhasita, pasti inspirasi mengalir, damai dihati. 

Damai dihati, mengawali damai dengan orang lain.

Damai Dihati Damai Dibumi.

Tidak perlu lagi berteriak, cukup berbisik akan saling mengerti.

Tingkat lebih mendalam, cukup dengan pandangan mata, menganggukkan kepala, tersenyum, dan komunikasi terjalin dengan harmonis.

Alangkah indahnya.

Damai Dihati Damai Dibumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun