Mohon tunggu...
Ahmad Saifulloh
Ahmad Saifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat komunitas ngajingopi Reboan

Wiraswasta dibidang warung kopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ansorku, Ramadanku

11 Mei 2019   19:56 Diperbarui: 11 Mei 2019   19:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadlan adalah salah satu bulan mulia yang didalamnya umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah Puasa. Menurut Imam Ghazali Puasa adalah Ibadah yang paling berat, karena menjadi satu-satunya Perintah (kewajiban) yang berupa larangan. Berbeda dengan perintah Shalat, Zakat, atau haji, kita diperintah untuk melaksanakannya.

Didalam puasa secara syariat kita dilarang makan, minum, dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Konsekwensinya adalah menahan diri untuk tidak melakukan hal tersebut. Dan menahan diri ini yang dibutuhkan adalah kesabaran, bagaimana kita mengelola nafsu yang ada dalam diri kita ini untuk lebih bersabar dalam menjalankan ibadah puasa.

Ramadlan tahun 1440 H atau 2019 M ini, bertepatan dengan tanggung jawab saya melaksanakan konferensi didalam organisasi GP Ansor di Kota Mojokerto. Yang saat ini saya ditunjuk menjadi Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor-nya. Dinamika yang terjadi ternyata juga menyaratkan adanya sebuah kesabaran dalam mendinamisir anggota didalamnya.

Adanya perbedaan pandangan dan pendapat serta adanya kesan dikotomi keanggotaan semakin menguatkan dinamika yang terjadi. Sehingga perlu adanya kebijaksanaan dalam menyikapinya, dan tentunya kebijaksanaan tersebut harus didasari dengan kesabaran dalam menanggapinya. Perbedaan yang terjadi tak pelak menimbulkan gejolak yang justru mengarah kepada perpecahan dan perselisihan.

Hal inilah yang kemudian saya tangkap adanya nilai luhur Ramadlan yang perlu dibawa dalam memagement organisasi. Yakni kesabaran untuk tidak merasa benar sendiri dan menghindarkan diri dari menyalahkan yang lainnya. Salah satu contohnya adalah proses rencana pelaksanaan Konferensi Cabang di Kota Mojokerto. Yang tertunda sampai empat kali karena belum adanya titik temu didalam anggota.

Meski secara De Jure saya berhak untuk membuat keputusan, namun hal ini tidak bisa secara serta merta untuk saya lakukan, mengingat situasi dan kondisinya masih belum kondusif. Ditambah lagi dawuh Rais Syuriah PCNU Kota Mojokerto "maqashidul Jam'iyah Li I'lai Kalimatillah allati hiyal 'Ulya".  Visi misi utama organisasi adalah untuk menengakkan Kalimat Allah Yang Maha Mulai. Tidak boleh dikotori dengan tercampurnya nafsu dan ambisi dalam mengelola organisasi Ansor.

Dari sini, saya merasakan betul bahwa mengampu amanah didalam GP Ansor membutuhkan daya sabar dan bijaksana yang tinggi. Sehingga dapat menjunjung visi misi organisasi dengan baik dan benar. Dan hal ini sejalan dengan semangat bulan Ramadlan yang juga terkandung nilai dan ajaran untuk bersabar. Semoga dengan hidmad di GP Ansor ini juga menjadi bagian dalam menggapai nilai luhur bulan Ramadlan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun