Manusia-manusia bergerak berpindah, kembali ke rumahnya mencari induknya. Migrasi ke segala penjuru Nusantara.Mengapa begitu ingin pulang kampung.Karena untuk terus tumbuh, manusia harus bisa terus mengingat akar kesadarannya.Mudik, migrasi mencari asal muasal.Hari Raya Idul Fitri (lebaran) budaya mudik hampir semua dilakukan rakyat di Indonesia.
Tapi secara hakekat mereka sedang rindu dengan kampung halaman atau asal usul yang sesungguhnya yaitu Surga (Ibumu surgamu, kampung halamanmu kemuliaanmu)
Mengutip ucapan Prof Komaruddin Hidayat, sesungguhnya pada setiap jiwa manusia terdapat keinginan untuk mudik. Kembali ke asal. Keinginan kembali ke asal itu puncaknya adalah saat kita rindu pada kematian. Rindu mudik kembali ke sang khalik. sang pencipta kita: TUHAN.
Jadi mudik itu adalah proses kembali ke asal muasal kita secara lahiriah. Fisik. Kita kembali ke kampung. Ke rumah dimana kita dibesarkan. Besar kecilnya keinginan atau panggilan jiwa kita untuk kembali ke tempat asal muasal itu tergantung pada memori otak dan suara batin. Semua tergantung pada kenangan indah masa kecil, keluarga yang harmonis, orang tua yang penyayang dan dikagumi, lingkungan yang bersahabat dan seterusnya
Ritual mudik adalah ritual mengisi kembali bagian jiwa kita yg terasa kosong. Seperti baterai yg dicas kembali. Menyembuhkan jiwa kita. Itu sebabnya, mudik menjadi suatu perjalanan yang penuh makna, seolah-olah menjadi perjalanan suci bagi setiap manusia yang melakukannya.
Tidak peduli mahalnya tiket, besarnya biaya, tingginya risiko, berdesak-desakan, pertaruhkan nyawa dan seterusnya mudik menjadi keharusan.Tidak ada yg salah dgn prosesi mudik tsb. Ajaran agama mewajibkan kita bersilaturahmi dengan sanak saudara dan keluarga.Â
Amal yang utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H