Konten berbasis data sejatinya adalah produk tradisional media massa. Jurnalis merupakan pengumpul data, media adalah tempat mereka mengolah data untuk memenuhi kebutuhan informasi orang ramai.
Produk jurnalistik yang mereka kemas, seperti straight news atau artikel feature, dihimpun dari data-data yang mereka temukan ketika meliput di lapangan atau riset di berbagai platform. Data dianggap terpercaya hanya bila menyajikan informasi yang akurat dengan pedoman asal dan akses yang jelas.
Data-data itu kemudian mereka saring berdasarkan peringkat nilai berita. Nilai-nilai berita sangat penting dalam proses ini karena membantu jurnalis untuk mengidentifikasi unsur-unsur cerita yang akan menarik perhatian banyak orang. Â
Jadi, selama content marketer dapat menunjukan data terpercaya dan cerita yang newsworthy di dalam konten mereka, media massa akan dengan senang hati memuat konten itu karena pekerjaan mereka dalam mengolah informasi jadi lebih ringan dan efisien. Â
Apalagi, menurut tulisan yang dimuat MOZ, tren jurnalisme data di situs media semakin meningkat sejak beberapa tahun belakangan.
Berkat implementasi konten berbasis data sejak empat tahun terakhir, iPrice berhasil mendatangkan 400 ribuan backlinks ke situs iPrice.co.id yang mayoritas berasal dari situs media massa (*berdasarkan data dari Ahrefs tanggal 5 November 2020). Â
Salah satu konten berbasis data yang punya performa paling tinggi dan paling sering diberitakan media adalah laporan Peta E-commerce Indonesia yang terbit sejak tahun 2017.Â
Apa saja tantangan dalam mengumpulkan data untuk konten?
Langkah awal dalam membuat konten berbasis data adalah mengumpulkan data.
Tapi data tidak selalu otomatis hadir dalam bentuk spreadsheet atau tabel-tabel yang siap untuk dianalisis. Terkadang, data yang dimau lebih banyak berceceran di pojok-pojok internet dengan akses yang tidak jelas.
Di tim content marketing iPrice sendiri, ada dua tantangan utama ketika mengumpulkan data, yaitu:
- Sumber data yang terpercaya.
- Relevansi data dengan ide konten. Â
Untuk mengatasi tantangan itu, kami menggunakan sejumlah pendekatan, yakni:
- Optimalisasi data internal. Kami cukup sering mengoptimalkan data internal sebagai sumber data yang terpercaya. Beruntung iPrice memiliki data katalog produk yang diagregasi dari berbagai merchant di industri e-commerce. Data internal ini memiliki informasi yang cukup relevan untuk memahami perilaku konsumen belanja online.
- Meninjau konten yang sudah ada. Kami cukup sering mengoptimalkan data internal sebagai sumber data yang terpercaya. Beruntung iPrice memiliki data katalog produk yang diagregasi dari berbagai merchant di industri e-commerce. Data internal ini memiliki informasi yang cukup relevan untuk memahami perilaku konsumen belanja online.
- Identifikasi sumber data dari konten inspiratif di internet. Konten-konten inspiratif membantu kami dalam mengidenfikasi sumber data karena mereka kerap mencantumkan sumber data beserta tautan ke data terkait.
- Menduplikasi formula data yang digunakan oleh agensi lain. Ini bermanfaat untuk efisiensi kerja dan jalan pintas mendapatkan ide konten dan panduan yang telah teruji oleh orang lain.
- Menjalin kerjasama dengan situs penyedia data. Ada sejumlah situs penyedia data yang membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak lain untuk satu dan sejumlah hal. Peluang ini bisa dimanfaatkan sebagai jalan keluar bila data yang kita inginkan benar-benar sulit didapat.
- Menanyakan langsung pada praktisi yang lebih ahli. Banyak orang di Industri content marketing senang berbagi pengetahuan dengan sesamanya. Yang tinggal kita lakukan adalah membangun relasi dengan orang yang dipercaya ahli.