Mohon tunggu...
syaiful al khairy
syaiful al khairy Mohon Tunggu... -

istiqomah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menindas Kaum Samin Sama dengan Makar terhadap Pancasila

7 April 2017   04:25 Diperbarui: 7 April 2017   12:30 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila sebagai sebuah ideologi negara senantiasa dipandang sebagai dasar sekaligus tujuan. Negara yang bangsanya yang berprikemanusiaan, adil beradab, bersatu, dipimpin oleh hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan , dan untuk mewujudkan keadilan sosial harus diliputi oleh nilai nilai Ketuhanan. Ini tidak bisa terjadi tanpa pembimbing atau pemimpin yang dianggap sebagai simbol dari Pancasila itu sendiri. Tentu manusia biasa tidak ada yang sempurna, namun simbolisasi ini hanya ada pada tokoh tokoh spritual semisal mendiang Samin Surosentiko dari kaum Samin, Pemimpin yang dicintai pengikutnya, yang tahan banting dari godaan menumpuk harta pribadi dan tak berlaku surut dari penindasan penindas dan senantiasa mempimpin perwujudan keadilan yang multi dimensi serta anti terhadap kapitalisme  liberal., Mayarakatnya mencintai kehidupan sosial. Perwujudan keadilan sosial yang menurut istilah Bung Karno “sosialisme Indonesia yang tidak adalagi kapitalisme dan I’exploitation de I’homme par I’homme”. Bung Karno selalu berpesan jika  “sosialisme indonesia sebagai hari depan Revolusi Indonesia bukanlah ciptaan seseoarang dalam satu malam yang tidak tidur, juga bukan suatu barang yang diimpor dari luar negeri, atau sesuatu yang dipaksakan dari luar masyarakat Indonesia, melainkan suatu perlawanan atau penentangan dari kaum yang tertekan, suatu kesadaran sosial yang ditimbulkan oleh keadaan sosial Indonesia itu sendiri, suatau “historische notwendigkeit, suatu keharusan sejarah yang mengarah pada perwujudan Pancasila seutuhnya. Inilah dasar dan tujuan negara kita yang membuat kita berbeda dari negara dan bangsa manapun.

Terlepas dari perbedaan perbedaan konsep serta ajaran dari agama dan kepercayaan lain, setidaknya sama secara nilai nilai kehidupan sosial berbangsa dan bernegara.  Inilah perbedaan yang jadi rahmat, yang harus dikerjasamakan. Jika digali tentu dari sabang sampai merauke punya sejarah yang menarik untuk diambil menjadi model model untuk infrasturktur dan suprastruktur politik dimasa depan. Negara yang tidak adalagi penindasan dan penghisapan, warga negara yang bergerak dengan kesadaran spritual tinggi untuk membawa kemajuan negara dan peradaban dunia.

Kaum Samin merupakan masyarakat yang dari sejarahnya sebagai gerakan politik keagamaan yang terpimpin oleh tokoh spritual Samin Surosentiko.*  Sekarang ini kaum yang merupakan dari Manifestasinya Pancasila ini menghadapi musuh untuk kedua kalinya, jika dulu Pemerintah Feodal Kapitalis Kolonialis Belanda, hari ini adalah negara yang ikut didirikan mereka. Negara yang diwakili oleh rezim yang mendengungan Pancasila dan marhaenisme. Sungguh sebuah ironi. Keberpihakan rezim yang sekarang ini tak ubahnya sama dengan rezim Hindia Belanda atau rezim pasca 65 yaitu berpihak pada kapitalisme yang dibungkus dengan kemajuan materialistis semata namun sangat bertimpang dengan kemajuan  nilai nilai yang luhur yang dianut bangsa Indonesia. Nilai kesederhanaan namun tangguh secara fisik dan mental juga pintar secara intelektual, mengejar dunia dalam rangka pengabdian pada Tuhan, memajukan ekonomi publik tanpa mengorbankan kepentingan ekosistem. Rezim yang menjadikan utang dan investasi asing sebagai lambung, disaat yang sama rakyat dijadikan tulang punggung dalam membayarnya.  Rezim hasil dari proses demokrasi liberal yang kebablasan yang membuat benalu kapitalisme semakin menyetankan sebagian manusia manusia Indonesia, apalagi perbuatan terkutuk jika salah satunya adalah meneriakkan Pancasila namun disaat yang sama malah memunggunginya bahkan memeras merasnya dan menjadikannya hanya sebagai bahan orasi politik untuk menjinakkan pemilih.

Kaum Samin yang ketika melakukan perlawanan terhadap rezim yang masih saudara sebangsa ini masih saja berpradaban tinggi, dan tidak tergoda untuk berkata kasar apalagi melakukan pemberontakan ala ISIS atau PKI. Perlawanan ini memancing masyarakat lain di daerah terdampak dan rakyat yang peduli dan berprikemanusian lainnya untuk ikut melawan dengan irama Kaum Samin. Kaum yang mengaku sudah sejahtera tanpa tambang, namun dipaksa menelan pil kesejahteraan versi rezim penjual ginju dan make up merk Pancasila. Rezim ini sungguh sudah makar terhadap Pancasila dan batal demi ideologi.

*silahkan pelajari

http://arsip.gatra.com/2008-10-26/majalah/artikel.php?pil=23&id=119887

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun