Mohon tunggu...
syaiful al khairy
syaiful al khairy Mohon Tunggu... -

istiqomah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencoba Mereorientasi NKRI

17 Januari 2017   14:38 Diperbarui: 17 Januari 2017   22:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Neokompeni kokain ini berbeda gaya dengan neokompeni zionis yang demi ambisi tak sungkan mengkombinasi kegiatan politik , dagang dan meneruskan ke pertumpahan darah. Namun cara neokompeni ini akan tetap memakai “drone-drone politik” atau biasa disebut “proxy war”.Neokompeni Kokain ini berhasil memanfaatkan belum padamnya hasil penjajahan Portugis, Spanyol , Inggris, Belanda dan Jepang dimasa lalu, yaitu: keengganan berniaga, mental inferior, kebodohan, gampang dibeli, takut lapar gampang disuap dan gampang diadu domba. Neokompeni Kokain ini berhasil belajar dari masa lalu sehingga praktik hanya memanfaatkan jalur jalur konstitusional dan menjadikan kegiatan beniaga menjadi ujung tombak upaya. Kegiatan berniaga ini juga memanfaatkan keberhasilan Neokompeni Zionis yang berhasil menjadikan Uang sebagai alat ukur kepemilikan Gold (kepemilikan Produk) dan Glory (kepemilikan wilayah) . Uang (baca: materi) juga yang mendominasi aspek mental manusia Indonesia

Salah satu strategi yang begitu kentara yaitu “ Membuat Tuan Rumah dan Tamu Bertukar Tempat (Fan Kei Wei Zhu). Bisa disebut secara perlahan atau penjajahan merangkak. Faktual kekayaan dan kepemilikan wilayah dikuasai dominan oleh sebagian besar oleh Chinees Overseasbila dibanding dengan warga suku lainnya. Jika kita mengamati pola kejadian politik hari ini dibanding dengan masa lalu maka kita akan melihat kalau Neokompeni Zionis yang berjaya di rezim sebelumnya, sekarang ini tidak tinggal diam dan berupaya mengganggu dengan merancang dan berupaya melakukan berbagai skenario, misalnya 65, 98 dan Arab Spring. Setidaknya sebagai alat negoisasi untuk membagi Gold dan Glory atau merebut seluruhnya. Muara skenario kolonialisme di muka bumi selalu berlabuh pada faktor geopolitik. Hampir keseluruhan konflik-konflik terutama yang berskala luas muncul dikarenakan faktor emas, minyak dan gas bumi. “If you would understand world geopolitik today, follow the oil” (Deep Stoat). “Jika anda ingin memahami dunia geopolitik hari ini, ikuti aliran minyak.” Ya, makna “oil” yang dimaksud dalam asumsi Deep Stoat di atas tidak melulu minyak, tetapi juga berupa emas, gas bumi, jenis dan macam tambang-tambang lain, atau aspek geopolitik lainnya. Itulah pesan strategis Deep Stoat beberapa dekake lalu yang masih relevan hingga kin

Jika sepakat dengan situasi ini, kita sebut dengan kesadaran situasi. Ini saja belum cukup tanpa di dukung kesiapan fisik , mental (anti korupsi, rela berkorban, tenggang rasa, kemampuan gotong royong dll) dan kecerdasan dalam berkemampuan untuk mengelola negara ini. Negara ini harus merdeka sekali lagi dengan berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya. Ini kan berhasil jika didukung dengan kesadaran Berketuhanan Yang Maha Esa, menjadi manusia manusia yang adil dan beradab, kemampuan mengelola persamaan dan perbedaan menjadi Persatuan, Kemampuan bermusyawarah yang di landasi hikmah dan kebijkasaan. Kita akan berjalan menuju untuk menegakkan keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia sekarang dan di masa depan. Dengan semangat 10 November kita akan merdeka sekali lagi. Kembali dulu kepada Pancasila dan UUD 1945, Walau embargo dari negara negara asing mengancam. Jika kita bersatu walau berbeda pendapat akan membuat musuh musuh putus asa.

Hari ini dan esok akan selalu ada pilihan , begini begini saja dengan kata lain pasrah pada situasi atau bangkit melawan. Sebuah catatan penting adalah kemampuan memilah bahwa siapapun yang menjadi musuh dari tujuan negara apapun latar belakang suku dan agamanya, bukan suku atau agamanya namun oknum oknum yang berhimpun dalam naungan SARA harus diperlakukan seperti musuh. Bisa juga musuh musuh kecil itu adalah oknum oknum di institusi agama atau partai. Kita harus insyaf bahwa kejadian 1965 dan 1998 adalah sejarah kelam yang mengorbankan keragaman karena ketidakmampuan memahami situasi, sehingga rakyat kecil menjadi korban, namun kemenangan ada di tangan Neokompeni Zionis.

Berkumpul bertujuan. Orang berkumpul pasti ada latar belakang persamaan, bisa Suku,agama (aliran agama, dll),ras, antar golongan (ideologi,minat,hobi, almamater, alumni organisasi, jenis kelamin, kelompok umur dll). Semua perkumpulan yang berbasis SARA ini pada dasarnya baik, selama ditujukan untuk yang benar. Tindakan perkumpulan berbasis SARA ini walaupun bertentangan dengan tujuan negara bukan berarti "sara" yang jadi sasaran permusuhan. Bukan berarti seluruh orang yang punya identitas SARA tersebut menjadi sasaran permusuhan. Namun efek negatif nya selalu saja muncul,.semisal Islamophobia dan Cinaphobia. Tahun 1998 misalnya.

Efek ini juga bisa dimanfaatkan kumpulan perusak sebagai palu hakim buat memvonis lawan guna melancarkan ambisi. Disini lah kita perlu hati hati menjaga diri. Di Amerika Serikat misalnya seseorang yang mengkritik cengkraman loby zionist oleh organisasi semisal AIPAC bisa dituduh rasis dan anti semit. Jika dia ada lah profesor kampus, maka kegiatannya akan segera dipersulit. Dana dana penelitian akan di tangguhkan, jabatannya diancam dll. Bagi WNI yang kebetulan bersuku sama dengan Neokompeni Kokain ini harus insyaf bahwa negara ini membutuhkan kalian untuk bangkit melawan. Kita butuh semisal Multatuli (Dowis Dekker).

Para pemuda yang berlatar belakang mahasiswa harus menjadi penggerak utama kesadaran ini, bukan menjadi produsen penyakit dan menambah nambah daftar kaum birokrat dan non birokrat yang menyapih pada raksasa raksasa penjajah dan bemental korup. Persatuan dengan alumni dan juniornya yang masih di sekolah menengah menjadi syarat. Begitu juga dengan kaum perempuan di bumi pertiwi. Jangan terus terusan memproduksi kaum ibu yang mental penggosip dan penghobi sinetron meye meye. Hanya dari ibu ibu yang pejuang lahirlah anak anak pejuang. Mendidik bayi dari dlm kandungan, tentang fakta dan sebuah keharusan upaya. Disaat bapak si bayi berjuang, si ibu punya perjuangan lain. Bahkan di kondisi tertentu memimpin perjuangan. Negeri ini perlu ibu ibu yang menimang anaknya dengan cara ibu ibu Aceh di jaman penjajahan Belanda. Buat para gadis, pilih lah yang seperti Teuku Umar dan pasukannya, jangan pilih yang demi harta dan tahta rela main gila dengan Kapitan di Medan TA, diduga pebisnis narkoba, rumah bordil, judi yang dari uang itu membuka bisnis perkebunan dan jadi Bankir dan penguasa yg berlagak dermawan tanpa pandang SARA. Bangkitlah Perempuan Bumi Pertiwi !!! Merdeka !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun